Rumput Laut Indonesia Terus Berjuang untuk Produksi bagi Dunia

one year ago

Pandemi global yang diakibatkan wabah COVID-19, diharapkan tak memengaruhi kinerja produksi rumput laut secara nasional. Komoditas andalan untuk subsektor perikanan budi daya tersebut, setiap tahunnya selalu menjadi komoditas yang menyumbangkan kontribusi terbesar terhadap nilai ekspor perikanan secara nasional.

Direktur Jenderal Perikanan Budi daya Kementerian Kelautan dan Perikanan Slamet Soebjakto mengatakan, dengan kondisi darurat kesehatan yang sedang terjadi di Indonesia sekarang, Pemerintah sangat berharap bahwa rumput laut bisa berkontribusi terhadap kinerja ekspor secara nasional. “Aktivitas rumput laut diharapkan turut menyumbang devisa di tengah dampak ekonomi akibat COVID-19 yang memengaruhi kinerja ekonomi nasional,” ucapnya di Jakarta belum lama ini

Kinerja positif rumput laut, akan mempercepat rencana Pemerintah Indonesia untuk mewujudkan industrialisasi secara nasional. Dengan industrialisasi, pengembangan bisa semakin mudah dilakukan karena akan ada keterlibatan lintas sektoral di dalamnya. Menurut Slamet, industrialisasi rumput laut nasional menjadi amanah dari Peraturan Presiden RI Nomor 33 Tahun 2019 tentang Peta Panduan (Road Map) Pengembangan Industri Rumput Laut Nasional Tahun 2018-2021.

Dengan panduan tersebut, maka lintas sektoral akan bisa ikut terlibat dalam pengembangan rumput laut secara nasional. “Mulai dari proses produksi di hulu, sampai ke proses pengolahan dan pemasaran yang ada di hilir, itu akan ada dalam industrialisasi rumput laut nasional,” jelasnya.


Artikel terkait: Prof Nurjanah, Rumput Laut sebagai Inovasi Pemanfaatan Berkelanjutan


Di tengah kondisi seperti sekarang, Slamet tetap optimis bahwa rumput laut bisa menjalankan perannya sebagai tulang punggung perikanan budi daya nasional. Dengan demikian, kegiatan ekonomi perikanan juga akan tetap berjalan walau banyak akses yang tertutup akibat kebijakan Pemerintah Indonesia dalam mencegah penyebaran COVID-19. Selain rumput laut, sumbangan devisa juga diharapkan tetap ada dari ekspor komoditas andalan lain yang berasal dari subsektor perikanan budi daya seperti kerapu (Epinephelus), udang (Caridea), dan beberapa komoditas lainnya.

Diketahui, Indonesia adalah negara yang diuntungkan karena diapit dua samudera besar, yakni Hindia dan Pasifik. Dengan posisi strategis itu, potensi sumber daya rumput laut yang ada di wilayah perairan Indonesia menjadi sangat besar.


Penguasa Dunia

Sebagai bagian dari segi tiga karang (coral triangle) dunia, Indonesia memiliki setidaknya 550 jenis varian rumput laut bernilai ekonomis tinggi. Termasuk, salah satunya adalah jenis rumput laut bernilai tinggi, Eucheuma cottoni yang diperkirakan nilai total potensinya di Indonesia mencapai USD10 miliar per tahun. Merujuk data yang dirilis oleh Organisasi Pangan dan Pertanian PBB (FAO) pada 2019, Indonesia menjadi produsen nomor satu di dunia untuk rumput kaut jenis Eucheuma cottoni dan menguasai lebih dari 80 persen pasokan untuk dunia. Untuk jenis tersebut, Indonesia sudah berhasil melakukan pengembangan dengan teknologi kultur jaringan melalui kerja sama antara KKP dengan Seameo Biotrop Bogor. Dengan kultur jaringan, jenis rumput laut unggulan tersebut, diharapkan akan bisa stabil dan tahan terhadap serangan penyakit.


Baca juga: Bagaimana agar Rumput Laut Indonesia Lebih Berdaya Saing?


Secara umum, pada 2019 nilai ekspor rumput laut Indonesia mencapai USD324, 84 juta atau tumbuh 11,31 persen dibandingkan pada 2018 yang mencapai USD291, 83 juta. Selama rentang waktu 2014-2019, ekspor rumput laut nasional juga tercatat tumbuh rerata per tahun sebesar 6,53 persen. Sementara, untuk produksi rumput laut nasional hasil budi daya, pada 2018 tercatat sukses mencapai angka 10,18 juta ton. Untuk produksi pada 2020 atau tahun ini, KKP menargetkan produksi bisa mencapai 10,99 juta ton dan diproyeksikan mencapai 12,33 juta ton pada 2024.

Berdasarkan Peraturan Presiden RI Nomor 33 Tahun 2019, Rumput Laut Indonesia diharapkan bisa menjadi pemimpin untuk pasar global pada 2021, khususnya industri karagenan dan agar-agar. Target itu diharapkan bisa berjalan baik, seiring dengan pengembangan rumput laut sebagai komoditas andalan di banyak daerah. Agar bisa mencapai target yang ditetapkan, Pemerintah telah membentuk kelompok kerja (Pokja) untuk melakukan percepatan industrialisasi nasional. Kemudian, untuk mendorong hal tersebut, KKP telah menyusun peta jalan percepatan produksi rumput laut nasional.

Diketahui, pada akhir April ekspor rumput laut jenis Spinosum dalam bentuk bahan baku mentah (raw material) yang kering berhasil dilaksanakan Pemerintah Indonesia di Serang, Banten dengan mengirimkan rumput laut seberat 53,5 ton atau senilai Rp700 juta. Kegiatan tersebut dilakukan di tengah situasi darurat kesehatan akibat COVID-19.

Rumput laut jenis Spinosum sendiri merupakan jenis alga merah yang nilai manfaatnya cukup besar, sehingga sangat potensial didorong untuk menjadi salah satu komoditas unggulan ekspor selain jenis Eucheuma cottoni. Kedua jenis tersebut saat ini sudah bisa dikembangkan secara massal di Indonesia. Di antara upaya untuk meningkatkan produksi rumput laut, Pemerintah Indonesia menggandeng Pemerintah Australia melalui program kerja sama pembangunan di bidang pengembangan sistem pasar dengan dukungan teknis dari Yayasan Kalimajari, yakni sebuah organisasi lokal yang fokus pada pemberdayaan masyarakat.


Seputar rumput laut: Tekan Impor dan Ciptakan Lapangan Kerja, KKP Dorong Inovasi Rumput Laut


Sistem Pasar

Menurut Slamet, kerja sama yang dijalin tersebut juga melibatkan Badan Perencanaan Pembangunan Nasional (Bappenas) dan diharapkan bisa menciptakan sistem pasar yang bermanfaat bagi seluruh aktor industri Rumput Laut. “Kita sudah menyiapkan strategi percepatan peningkatan produksi rumput laut yang menginduk kepada peta jalan industrialisasi rumput laut nasional hingga lima tahun mendatang,” ungkapnya. Tak cuma meningkatkan produktivitas, Pemerintah juga berupaya untuk terus meningkatkan nilai ekonomi yang dihasilkan dari budi daya rumput laut. Untuk itu, KKP akan memberikan kemudahan bagi pelaku usaha untuk menanamkan modalnya dari dari hilir ke hulu, sehingga tercipta hilirisasi yang baik. “Itu untuk menggenjot nilai ekonomi menjadi lebih besar lagi,” tuturnya.

Selain itu, pengembangan klaster-klaster rumput laut di sentra produksi juga dilakukan untuk menghadirkan konektivitas yang efisien dari hulu yang menjadi sumber bahan baku, sampai ke hilir yang menjadi pusat industri untuk menghasilkan barang olahan. Dengan demikian, akan ada peningkatan nilai tambah dengan cepat. Upaya lain untuk meningkatkan nilai tambah devisa ekspor, juga dilakukan Pemerintah dengan menggenjot ekspor dalam bentuk setengah jadi seperti Semi Refine Carrageenan (SRC) dan Refine Carrageenan (RC). Cara tersebut memungkinkan untuk dilakukan, jika dilaksanakan pembinaan teknis pascapanen dan pengolahan untuk pembudi daya, pengolah, dan pemasar Rumput Laut.

“Dengan melakukan langkah-langkah strategis tersebut, diharapkan industri Rumput Laut Indonesia mampu menjadi sektor unggulan yang menghasilkan pertumbuhan ekonomi secara berkelanjutan, menyediakan lapangan kerja dalam jumlah signifikan, dengan tujuan utama untuk meningkatkan kesejahteraan rakyat,” tegasnya.

Mengingat rumput laut adalah komoditas andalan untuk produksi perikanan budi daya secara nasional, Slamet memastikan bahwa proses produksi akan tetap mengadopsi prinsip bertanggung jawab dan berkelanjutan. Dengan demikian, budi daya rumput laut bisa beriringan dengan upaya konservasi di laut yang sedang berjalan sekarang.

Ada beberapa langkah dan tips yang bisa diterapkan oleh pembudi daya ikan agar prinsip berkelanjutan bisa berjalan. Di antaranya, menggunakan bibit dari thallus (daun) yang terbaik; disiplin melakukan panen pada usia 40-45 hari; dan tidak menggunakan pupuk/probiotik/bahan pemacu pertumbuhan. Kemudian, mencari kawasan budi daya yang baru untuk rotasi penanaman; menjaga lingkungan pantai dari sampah seperti plastik, pencemaran, dan lain-lain; tidak menjemur rumput laut di pasir dan dijaga dari bahan-bahan yang menempel lainnya dan yang terakhir. “Juga, menutup rumput aut yang sedang dijemur dengan plastik atau terpal ketika hujan turun,” tambahnya.


Informasi lainnya: Pemanfaatan Sistem Resi Gudang Rumput Laut Alami Peningkatan


Artikel ini pertama kali dipublikasikan Mongabay. Ketepatan informasi di dalamnya di luar tanggung jawab Seaweednetwork.

Our Partners
Supported By