Budidaya Rumput Laut

one year ago

Dalam perkembangannya, teknik budidaya rumput laut Gracilaria sp. di masing-masing daerah oleh masyarakat disesuaikan dengan kebiasaan dan kondisi lokasi tersebut.


Secara umum teknik budidaya rumput laut Gracilaria sp. terdiri dari dua sistem yaitu sistem lepas dasar dan sistem dasar (tebar).


Sistem yang sering digunakan yaitu sistem tebar karena prosesnya lebih cepat dan tidak memerlukan alat/bahan yang sulit serta lebih ekonomis, rumput laut cukup ditebar di area tambak, yang perlu dilakukan oleh pembudidaya yaitu memperhatikan sirkulasi air dalam tambak. Dalam perkembangannya sistem ini telah berkembang lagi menjadi beberapa metode, yaitu sistem apung, sistem rakit apung dan sistem jalur.


Sistem Dasar (Tebar)

Tahap awal yang perlu diperhatikan dalam mengembangkan budidaya Gracilaria dengan sistem dasar dalam tambak, antara lain adalah keadaaan tambak yang akan digunakan (termasuk dasar tambak sebagai substrat), kualitas air dalam tambak dan sekitarnya, serta bibit tanaman bagus, baik jenis dan kualitasnya.


Keadaan Tambak

Keadaan dasar tambak yang paling ideal adalah pasir yang mengandung lumpur atau tanah yang mengandung pasir dengan sedikit lumpur. Perlu diusahakan supaya dasar tambak tidak terlalu banyak mengandung lumpur (ketebalan lumpur maksimal 15 sampai 20 cm) dan bila dipandang perlu, dapat dilakukan pengurasan lumpur.


Tambak harus bersih dari tanaman lain yang dapat membusuk, terutama yang dapat meningkatkan derajat keasaman dasar tambak.


Derajat keasaman (pH) dasar tambak berkisar antara 6 sampai 9 dan yang paling ideal adalah sekitar 6,8-8,2. Untuk mengurangi keasaman dapat dilakukan penebaran kapur terlebih dahulu.


Tambak harus memiliki saluran air yang baik dan bersih (tidak terlalu banyak mengandung lumpur), serta setiap petak tambak diusahakan memiliki 2 buah pintu air, yang akan berfungsi sebagai pintu untuk masuk dan keluarnya air.


Pasang-surut air laut harus mempengaruhi kondisi air di dalam tambak untuk melakukan pergantian air.
Gelombang atau arus air di dalam tambak (sebagai akibat angin atau pengaruh pasang surut) diupayakan tidak terlalu besar, sehingga tidak mengakibatkan berkumpulnya tanaman pada suatu tempat.

Akan tetapi gelombang dan arus air di dalam tambak harus cukup untuk memberikan gerakan bagi tanaman.
Pematang tambak supaya diusahakan cukup rapi dan dapat digunakan sebagai sarana jalan dalam pengelolaan tambak dan dapat difungsikan pula sebagai tempat penjemuran hasil panen dengan menggunakan alas.



Kualitas Air

a. Salinitas air berkisar antara 12 – 30 dan yang ideal sekitar 15 – 25 .
b. Suhu air berkisar antara 180o-300oC dan yang ideal sekitar 200o-250oC.
c. pH air dalam tambak berkisar antara 6-9 dan yang ideal sekitar 6,8-8,2.
d. Air tidak mengandung lumpur sehingga kekeruhan (turbidity) air masih memungkinkan bagi tanaman untuk menerima sinar matahari.


Cara Tanam Rumput Laut

1. Tambak yang keadaan dan kualitas airnya sudah memenuhi syarat dibersihkan dari kotoran.
2. Tambak dikuras dengan mengeluarkan dan memasukan air laut pada saat pasang- surut sehingga air yang ada dalam tambak merupakan air segar (baru).
3. Bibit ditanam dengan cara menebarkannya secara merata di dalam tambak pada saat keadaan cuaca cukup teduh, yaitu pada pagi hari atau sore hari.
4. Kepadatan bibit untuk 1 hektar pada penanaman pertama ditebar sekitar 1 ton bibit/ha.

Catatan :

Apabila pada panen pertama laju pertumbuhan perhari (DGR) tidak kurang dari 3%, atau hasil panen basah sekitar 4 kali berat bibit yang ditanam, maka pada penanaman kedua dapat ditebar dengan kepadatan menjadi 2 ton/hektar.

Apabila DGR dapat mencapai di atas 4%, atau hasil panen basah sekitar 6 kali berat bibit yang ditanam, maka pada penanaman berikutnya dapat ditebar bibit sehingga kepadatan mencapai sekitar 3-4 ton bibit/hektar.

Kedalaman air dalam tambak harus diatur, sehingga dapat menunjang pertumbuhan tanaman dan juga meningkatkan isi kandungan dari tanaman.

Pada 4 minggu pertama, air dalam tambak dipertahankan pada kedalaman sekitar 30-50 cm, dengan tujuan agar pertumbuhan cabang lebih cepat. Pada minggu kelima sampai minggu keenam atau ketujuh air dipertahankan pada kedalaman sekitar 50-80 cm dengan tujuan memperlambat pertumbuhan cabang sehingga tanaman dapat meningkatkan isi kandungan.


Pada musim kemarau suhu air di dasar tambak diusahakan supaya tidak terlalu tinggi dan apabila suhu air tinggi maka kedalaman air perlu ditambah, sehingga suhu di dasar tambak dapat dipertahankan pada kondisi normal.


Sistem Lepas Dasar (Patok)

Metode ini merupakan perbaikan dari metode sebelumnya. Dimana pada daerah yang telah ditetapkan (lokasi budidaya) dipasang patok-patok secara teratur berjarak antara 50–100 cm. Pada sisi yang berlawanan dengan jarak 50–100 m juga diberi patok dengan jarak yang sama.

Satu patok dengan patok lainnya dihubungkan dengan tali jalur yang telah berisi rumput laut tersebut. Pada jarak 3 meter diberi pelampung kecil yang berfungsi untuk menggerakan tali tersebut setiap saat agar tanaman bebas dari lumpur (adanya sedimentasi).

Penanaman rumput laut dengan metode lepas dasar bersusun dua dilakukan dengan cara pemasangan patok-patok (tiang kayu) pada dasar perairan dengan ketinggian sekitar 100 cm dari dasar perairan. Tali utama direntangkan diantara dua patok pada ketinggian pengikatan sekitar 30 cm di atas dasar perairan (susun pertama) dan juga 30 cm dari susun pertama direntangkan tali utama (susun kedua). Tali ris direntangkan pada tali utama dengan jarak antara tali ris sekitar 25–50 cm sehingga jarak tanam antar ikatan tidak kurang dari 25 cm.


Sistem Rakit Apung

Metode ini sering disebut metode rakit kotak, dibentuk dari empat buah bambu yang dirakit sehingga berbentuk persegi panjang dengan ukuran 2,5-4 x 5-8 m. Pada rakit tersebut dipasang tali pengikat rumput laut secara membujur dengan jarak 30 cm kemudian rumput laut (bibit) diikat pada tali tersebut.

Berat bibit yang digunakan berkisar antara 50-100 gram. Setelah rumput diikat maka rakit tersebut ditarik dan ditempatkan pada lokasi yang telah ditetapkan dengan menggunakan dua buah jangkar pada kedua ujung rakit tersebut dengan kedalaman perairan berkisar antara 0,5–10 meter.


Sistem Apung (Metode Long Line)

Konstruksi metode ini semuanya terbuat dari tali PE. Adapun teknik pembuatan konstruksinya sebagai berikut :

Menyiapkan tali PE Ø 10 mm sebagai tali jangkar. Kedua ujung tali tersebut dihubungkan kemudian dirancang hingga berbentuk persegi panjang berukuran 100 x 30 m. Pada keempat sudut dilengkapi dengan empat buah pelampung yang berfungsi mempertahakan konstruksi agar tetap berada pada permukaan air.

Agar konstruksi tersebut tetap pada posisi yang diharapkan maka pada keempat sudut yang sama diikatkan tali PE Ø 8 mm sebagai tali jangkar yang dilengkapi dengan enam buah jangkar.

Setelah selesai menyiapkan konstruksi maka tahap berikutnya adalah menyiapkan tali jalur yang terbuat dari tali PE Ø 4 mm. Tali tersebut dipotong 30 m sesuai dengan panjang konstruksi.

Pada satu tali jalur dipasang 120 tali PE Ø 2 mm coban (tali titik) berjarak 25 cm yang berfungsi sebagai tempat mengikat bibit yang akan digunakan. Bibit yang digunakan adalah tanaman muda dari hasil budidaya.

Sebelum diikat bibit tersebut dipotong agar ukurannya sesuai dengan bobot yang dikehendaki. Untuk mengetahui perkembangan tanaman, ditentukan beberapa sampel dengan berat rata-rata 100 gram kemudian setiap minggu dilakukan penimbangan sampel tersebut.


Sistem Jalur (Metode Kombinasi)

Metode ini merupakan kombinasi antara metode rakit dan metode long line. Kerangka metode ini terbuat dari bambu yang disusun sejajar, pada kedua ujung setiap bambu dihubungkan dengan tali PE Ø 8 mm sehingga membentuk persegi panjang dengan ukuran 5×7 m per petak. Satu unit metode ini terdiri dari 7–8 petak dan pada kedua ujung setiap unit diberi jangkar.

Kegiatan penanaman diawali dengan mengikat bibit rumput laut ke tali jalur yang telah dilengkapi tali PE Ø 2 mm. Setelah bibit diikat pada tali jalur maka tali jalur tersebut dipasang pada kerangka yang telah tersedia dengan jarak tanam yang digunakan minimal 25×30 cm.



Bibit Rumput Laut

Tanaman yang dipilih untuk bibit adalah Gracilaria yang pada usia panennya memiliki “kandungan agar-agar” yang cukup tinggi dan memiliki “kekuatan gel” yang tinggi pula. Pemeriksaan di laboratorium oleh pakar sebelum tanaman dijadikan bibit dapat membantu memilih bibit yang baik dan dapat mencegah menyebarnya bibit yang berkualitas rendah.

Bagian tanaman yang dipilih untuk bibit adalah thallus yang relatif masih muda dan sehat, yang diperoleh dengan cara memetik dari rumpun tanaman yang sehat pula dengan panjang sekitar 5-10 cm.

Dalam memilih bibit perlu diperhatikan hal-hal sebagai berikut :
1. Thallus yang dipilih masih cukup elastis.
2. Thallus memiliki banyak cabang dan pangkalnya lebih besar dari cabangnya, ujung thallus berbentuk lurus dan segar.
3. Bila thallus digigit/dipotong akan terasa getas (britel).
4. Bebas dari tanaman lain (epipit) dan kotoran lainnya.
5. Warna spesifik (cerah), umur 25–35 hari, berat bibit 50–100 gram.

Penanaman

Kegiatan penanaman untuk semua metode relatif sama (kecuali metode dasar yang telah dijelaskan di bab sebelumnya), penanaman diawali dengan mengikat rumput laut (bibit) ke tali jalur yang telah dilengkapi dengan tali pengikat rumput laut.

Pengikatan bibit rumput laut harus dilakukan di lokasi yang terlindung dari sinar matahari langsung, umumnya dilakukan ditepi pantai di bawah pohon atau pondok yang disiapkan khusus.

Berat bibit yang ditanam berkisar antara 50-100 gram/ikatan. Jarak antar tali jalur untuk metode rakit dan metode jalur relatif sama yaitu 30–35 cm, sedangkan jarak tanam antar tali jalur untuk metode patok juga relatif sama dengan dengan metode long-line yaitu 50-100 cm dan jarak antara titik tanaman berkisar antara 20-25 cm. Setelah selesai mengikat rumput laut maka tali jalur yang berisi rumput tersebut diikatkan pada kerangka yang telah tersedia.

Pupuk Rumput Laut Tambak

Seperti pada tanaman lain, rumput laut Gracilaria juga memerlukan nutrisi pada pertumbuhannya seperti nitrogen, phosphat dan kalium serta oksigen. Penggunaan pupuk dalam budidaya ini akan tergantung kepada kualitas nutrisi di dalam air tambak.

Untuk itu dianjurkan dilakukan analisis kualitas air tambak untuk mengetahui kandungan nitrogen, phosphat dan kalium. Hasil analisa tersebut dapat digunakan untuk menetapkan jumlah pupuk yang perlu digunakan.

Pada prinsipnya, pada empat minggu pertama, tanaman memerlukan lebih banyak nutrisi nitrogen, sedangkan dua atau tiga minggu sebelum panen tanaman memerlukan lebih banyak nutrisi phosphat.

Kendala yang dihadapi dalam pemupukan adalah seringnya perggantian air di dalam tambak, karena itu pupuk dalam bentuk pelet relatif lebih efektif karena dapat melepas nutrisi secara bertahap.

Apabila di dalam tambak mudah tumbuh alga hijau, maka hal ini menunjukkan bahwa kandungan nitrogennya sudah cukup. Dari hasil pengamatan maka dianjurkan bahwa pada 4 minggu pertama diperlukan sekitar 10 kg/ha pupuk yang banyak mengandung nitrogen, dan ditebar secara bertahap.

Sedangkan untuk 2-3 minggu berikutnya diperlukan sekitar 5 kg/ha pupuk yang lebih banyak mengandung phosphat yang ditebar secara bertahap. Penebaran lebih tepat dilakukan pada saat setelah dilakukan penggantian air tambak.




Panen

Akhir dari kegiatan proses produksi budidaya rumput laut adalah pemanenan, oleh sebab itu kegiatan pemanenan hingga penanganan pasca panen harus dilakukan dengan memperhatikan hal-hal yang akan berpengaruh terhadap kualitas produk yang akan dihasilkan.

Secara umum kebutuhan akan rumput laut Gracillaria sp. adalah untuk mendapatkan bahan agar-agar/jeli yang terkandung dalam rumput laut tersebut. Untuk mendapatkan rumput laut yang memiliki kandungan agar-agar/jeli sesuai dengan kebutuhan industri maka beberapa hal yang perlu mendapat perhatian untuk dilakukan adalah sebagai berikut :

Umur
Umur rumput laut akan sangat menentukan kualitas dari rumput laut tersebut. Jika rumput laut tersebut akan digunakan sebagai bibit maka pemanenan dilakukan setelah rumput laut berumur 45-60 hari karena pada saat itu tanaman belum terlalu tua.

Sedangkan jika rumput laut tersebut dipanen untuk dikeringkan maka sebaiknya pemanenan dilakukan pada saat rumput tersebut berumur 1,5 bulan atau lebih karena pada umur tersebut kandungan agar-agar/jeli cukup tersedia.

Cuaca
Hal kedua yang sangat penting pada saat panen adalah cuaca. Jika pemanenan dan penjemuran dilakukan pada cuaca cerah maka mutu dari rumput laut tersebut dapat terjamin. Sebaliknya jika pemanenan dan penjemuran dilakukan pada cuaca mendung akan terjadi proses fermentasi pada rumput laut.

Cara Panen
Pembudidaya yang memiliki usaha dalam jumlah besar serta menggunakan sistem lepas dasar, sistem apung, sistem rakit apung atau sistem jalur hendaknya melakukan kegiatan pemanenan dengan cara melepaskan tali jalur yang berisikan rumput laut siap panen.

Rumput laut tersebut diangkut ke tepi pantai kemudian dirontokan dengan jalan memasang dua patok kayu dalam satu lubang kemudian kedua ujung patok atas direntangkan. Setelah itu dua sampai tiga ujung dari tali jalur yang berisikan rumput laut hasil panen tersebut dimasukkan ke antara kedua patok tersebut dan ditarik sehingga rumput laut rontok dan siap untuk dijemur.

Hal ini akan menimbulkan luka yang cukup banyak pada rumput laut tersebut. Kondisi ini akan memberikan dampak yang kurang baik dimana pada luka tersebut akan mengakibatkan keluarnya air termasuk kandungan agar dan karagenan yang ada dalam rumput laut tersebut. Oleh sebab itu pemanenan yang baik adalah meminimalkan luka pada rumput laut dari setiap hasil panen tersebut.


Beberapa cara panen dan pasca panen hasil budidaya rumput laut yang seharusnya dilakukan dengan metode dasar (tebar), seperti:

Panen dapat dilakukan setelah tanaman berusia sekitar 45-60 hari (akan sangat tergantung pada kesuburan lokasi penanaman) atau dengan memilih tanaman yang dianggap sudah cukup matang untuk dikeringkan. Sedangkan tanaman yang masih belum matang atau bagian tanaman yang masih muda dipetik untuk kemudian ditanam kembali sebagai bibit baru.

Sebelum dikeringkan hasil panen dicuci terlebih dahulu dengan menggunakan air tambak untuk menghilangkan lumpur dan kotoran lainnya. Apabila tidak ada permintaan lain dari pembeli maka keringkan langsung dengan sinar matahari dengan dialasi gedek, kerai bambu, daun kelapa atau dengan menggunakan bahan lainnya.

Untuk pengeringan selama musim penghujan, dapat dilakukan dengan mengangin-anginkan rumput laut di atas rak (dengan ketebalan setitar 5-8 cm) atau dengan cara diikat dalam bentuk rumpun dan digantung di dalam gudang. Dapat pula dilakukan dengan menggunakan alat pengering khusus, seperti menggunakan penghembus udara panas.

Pengeringan diusahakan sampai pada kekeringan yang cukup dengan kandungan air sekitar 12%, sehingga pada saat penyimpanan, kandungan air pada rumput kembali menjadi sekitar maksimal 18%. Apabila diremas dan terasa sakit pada telapak tangan, artinya kekeringan rumput laut sudah cukup baik. Rasio basah : kering pada umumnya sekitar 9:1 atau 8:1.

Rumput laut kemudian diayak untuk merontokkan butir-butir halus garam dan debu yang masih melekat serta sekaligus melakukan sortir ulang. Hasilnya kemudian dimasukan ke dalam karung dan penyimpanan dilakukan di gudang yang terhindar dari embun, air hujan atau air tawar lainnya. Gudang harus ditata sedemikian rupa, sehingga memiliki sirkulasi udara yang cukup baik.


Artikel ini pertama kali dipublikasikan oleh Lahan. Ketepatan informasi di dalamnya di luar tanggung jawab Seaweednetwork.


Our Partners
Supported By