Yayasan Kaleka, melalui Pokja Wewowo Lestari, berhasil memberdayakan masyarakat setempat untuk menjadi pembudidaya rumput laut di Distrik Kokas, Kabupaten Fakfak, Papua Barat.
Keberhasilan ini disampaikan oleh Program Coordinator Wewowo Kampung-Kaleka, Adinda Canserera Milaba.
Menurutnya, Program Wewowo Kampung sudah diterapkan di lima kampung percontohan, termasuk Kampung Sisir di Distrik Kokas, Kabupaten Fakfak.
“Melalui Program Wewowo Kampung ini kami mendorong potensi komoditas lokal di kampung-kampung guna menggali apa yang bisa dikembangkan dengan tujuan mengembangkan perekonomian berbasis kelestarian alam,” tambahnya.
Untuk membangkitkan kembali potensi budidaya rumput laut di wilayah tersebut, Yayasan Kaleka hadir memberikan dukungan konkret.
Yayasan Kaleka saat ini fokus memastikan ketersediaan bibit rumput laut yang konsisten bagi masyarakat Fakfak.
“Saat ini fokus kami ialah bagaimana bibit itu bisa tersedia secara konsisten di Kabupaten Fakfak ini,” ungkap Adinda.
Selain menyediakan bibit, pihaknya juga melakukan penelitian untuk menentukan varietas rumput laut yang sesuai dengan kondisi perairan Kokas.
Dari berbagai upaya pendampingan yang dilakukan, Yayasan Kaleka berhasil mencetak satu petani rumput laut sukses bernama Ali Rumalolas dari Kampung Ugar, Distrik Arguni, yang telah melakukan panen perdana.
“Kini sudah ada 1 orang petani rumput laut yang sukses memelihara rumput laut melalui bantuan kebun bibit kami,” ungkap Adinda.
Petani rumput laut tersebut, Ali Rumalolas, sebelumnya membudidayakan rumput laut di perairan Kokas, tetapi gangguan dari penyu mendorongnya untuk mencoba budidaya di Kampung Ugar, Distrik Arguni.
“Alhamdulillah beliau (Ali Rumalolas) telah berhasil melakukan panen bibit perdananya,” terang Adinda.
Adinda menambahkan bahwa waktu yang diperlukan untuk panen bibit rumput laut biasanya memakan waktu 25-30 hari, sedangkan untuk panen rumput laut kering memerlukan waktu sekitar 35-40 hari.
Ia menjelaskan, meskipun rumput laut tidak membutuhkan pakan seperti kepiting, tetap diperlukan perhatian dalam perawatannya, termasuk menjaga dari gangguan seperti sampah laut.
Adinda juga mengakui bahwa keberadaan penyu menjadi tantangan dalam budidaya rumput laut di perairan Kokas. Oleh karena itu, ia menyarankan petani untuk memilih lokasi yang aman dari gangguan penyu dan aktivitas masyarakat sehari-hari.
“Kemudian satu lagi yang menjadi concern, kalau memang mau serius mengembalikan budidaya rumput laut di Kokas maka mulai sekarang sudah harus memperhatikan produksi limbah rumah tangga, selama ini secara bebas membuang sabun cuci piring atau pakaian ke laut, maka itu harus dihindari supaya rumput lautnya berkembang bagus,” sarannya.