Skotlandia sedang menjajaki berbagai cara inovatif untuk mengatasi emisi karbon. Para ilmuwan meneliti tentang penggunaan rumput laut bukan hanya untuk menyimpan karbon, tetapi juga untuk bahan bakar mobil dan membuat kemasan yang dapat terurai secara hayati.
Pantai Barat Skotlandia yang airnya bersih dan dingin merupakan kondisi yang tepat untuk membudidayakan rumput laut. Peter Elbourne menanam rumput laut dengan menggunakan tali-tali di bawah permukaan air.
Menurut Elbourne, musim tanam terbaik adalah mulai dari Januari sewaktu cahaya matahari dan zat-zat gizi dalam air dalam kondisi terbaik. Ia mengatakan,"Semuanya ada di sana, siap bagi rumput laut untuk mulai tumbuh dengan sangat cepat. Beberapa sentimeter per hari.”
Pada bulan Mei, sewaktu rumput laut dipanen untuk digunakan dalam produk makanan, tingginya akan mencapai dua meter. Pertumbuhan ini membantu mengurangi dampak perubahan iklim.
Elbourne menambahkan,"Sewaktu rumput laut tumbuh, tanaman ini menyerap karbon laut. Tahun ini, kami perkirakan skala penyerapan yang relatif sedang, jadi mungkin setara dengan sekitar setengah ton karbon dioksida yang akan kami serap dari laut.”
Berdasarkan beberapa perkiraan, rumput laut menyerap karbon lima kali lipat lebih banyak daripada hutan dengan luas wilayah yang sama.
Menurut pengkajian terhadap rumput laut liar, tanaman ini diperkirakan menyerap lebih dari 200 juta ton karbon secara global, jauh lebih efisien daripada menanam pohon.
Pepohonan mengambil tempat di lahan yang dapat digunakan untuk pertanian, atau penggunaan lainnya.
Nelayan seperti Elbourne mengatakan di laut, tidak ada persaingan lahan semacam itu. Rumput laut menjadi habitat bagi ikan, dan membersihkan air.
Di perusahaan Oceanium, para ilmuwan sedang menyelidiki cara mengekstraksi protein, serat dan mineral untuk membuat plastik hayati untuk kemasan. Ini adalah plastik yang dapat dijadikan bahan kompos. Di tempat itu, rumput laut bahkan diyakini dapat menggantikan minyak sebagai unsur-unsur penting bagi industri kimia.
Charlie Bavington, salah seorang pendiri dan direktur teknologi Oceanium, mengatakan, "Kita memiliki habitat yang sangat dingin, habitat yang sangat panas, lingkungan yang cukup ekstrem. Dan rumput laut menempati semua ceruk itu. Jadi ini menyelesaikan banyak masalah fisik dan kimia untuk kelangsungan hidup. Ini menciptakan keragaman bahan kimia dan produk-produk yang dapat kita gunakan dan kembangkan menjadi hal-hal dapat yang memecahkan masalah kita.”
Sementara itu di Maine, di pesisir timur Amerika, rumput laut sedang dikembangkan dari spora di laboratorium dan ditanam di laut untuk berbagai produk. Sebagian untuk konsumsi manusia, tetapi rumput laut juga digunakan sebagai pupuk dan bahan pakan ternak.
The Scottish Association for Marine Science (Asosiasi Ilmu Kelautan Skotlandia) mendirikan sebuah akademi rumput laut untuk mendukung industri pertanian yang masih baru itu. Asosiasi itu melihat potensinya yang sangat besar. Direktur asosiasi tersebut, Profesor Michele Stanley, mengatakan, "Sekarang ini budidaya rumput laut memproduksi 30 juta ton per tahun, dan apa yang ingin Eropa lakukan dan negara-negara lain di Eropa ingin lakukan adalah melipatgandakan hasilnya pada tahun 2050. Ini adalah industri yang baru berkembang bagi kami dan saya pikir, kita harus terlibat di dalamnya.”
Pertanian rumput laut tidak membuat kita mampu melakukan pengurangan besar-besaran emisi gas rumah kaca, tetapi karbon yang diserapnya dapat berkontribusi bagi emisi bersih nol.
Sumber: https://www.voaindonesia.com/a/skotlandia-bangun-pertanian-rumput-laut-untuk-atasi-perubahan-iklim/6311024.html