Sargassum merupakan salah satu dari berbagai jenis rumput laut yang ada di Indonesia, dan juga termasuk jenis yang paling potensial untuk dikembangkan.
Potensi Sargassum sangat besar, baik sebagai bahan baku industri maupun sebagai sumber penghasilan bagi masyarakat pesisir. Namun, pemanfaatannya di Indonesia masih minim dibandingkan dengan negara lain.
Padahal, di pasar internasional, Sargassum memiliki nilai ekonomi yang tinggi dan membuatnya menjadi salah satu jenis rumput laut dengan permintaan yang banyak.
Klasifikasi & Morfologi Sargassum sp.
Ciri-ciri rumput laut Sargassum sp. yang paling mencolok antara lain adalah berwarna coklat dengan bagian atas yang berwujud seperti semak yang berbentuk simetris atau radial.
Warna coklat ini merupakan hasil dari kandungan pigmen warna coklat atau fukosantin.
Jika dilihat dari anatominya, morfologi Sargassum terdiri atas tiga bagian utama, yaitu:
Menurut Anggadiredja et al. (2008), Sargassum masuk ke dalam klasifikasi taksonomi:
Kingdom: Plantae
Divisi: Phaeophyta
Ordo: Fucales
Famili: Sargassacae
Genus: Sargassum
Spesies: Sargassum sp.
Habitat Sargassum umumnya berada di perairan dangkal yang kaya akan cahaya matahari, terutama di dasar laut berbatu atau berkarang.
Jenis ini juga dapat ditemukan di perairan tropis dan subtropis, termasuk Indonesia, dengan sebaran yang luas di daerah seperti Sulawesi, Bali, dan Nusa Tenggara.
Penghasil Alginat
Sargassum dikenal sebagai salah satu sumber utama alginat, yaitu senyawa polisakarida yang banyak dimanfaatkan dalam berbagai industri. Alginat diekstraksi dari dinding sel rumput laut coklat ini dan memiliki banyak fungsi penting, antara lain:
Hingga kini, alginat masih banyak dibutuhkan bahan baku dari berbagai industri tersebut. Hal ini membuat Sargassum masih banyak dimanfaatkan kandungan alginatnya.
Potensi Bahan Antibakteri
Selain kaya akan alginat, Sargassum juga memiliki manfaat kesehatan sebagai bahan antibakteri, khususnya Sargassum polycystum.
Menurut laman website Fakultas Perikanan dan Kelautan Universitas Airlangga, Sargassum polycystum diketahui memiliki potensi sebagai bahan antibakteri.
Penelitian menunjukkan bahwa ekstrak Sargassum polycystum efektif melawan bakteri seperti Escherichia coli dan Staphylococcus aureus, yang merupakan penyebab umum infeksi pada manusia.
Kemampuan ini diduga berasal dari kandungan senyawa bioaktif seperti flavonoid, tanin, dan polifenol dalam Sargassum. Dengan potensi ini, Sargassum polycystum dapat menjadi bahan baku alami untuk produk farmasi seperti antibiotik dan antiseptik.
Peluang Ekspor
Di pasar internasional, Sargassum menjadi salah satu komoditas laut yang banyak diminati. Negara-negara seperti Malaysia, Jerman, dan Tiongkok menjadi tujuan utama ekspor rumput laut jenis ini. Sebagai contoh, daerah Sumenep dan Bima tercatat pernah mengekspor Sargassum ke pasar global, dengan permintaan yang terus meningkat setiap tahunnya.
Nilai ekonomi dari ekspor Sargassum cukup signifikan. Pada tahun tertentu, salah satu perusahaan eksportir di Indonesia mampu mengirimkan ratusan ton Sargassum ke luar negeri.
Hal ini menunjukkan bahwa pasar ekspor Sargassum memiliki prospek yang cerah, terutama jika ditunjang dengan pengelolaan yang lebih baik.
Pengembangan Metode Budidaya
Meski dengan potensi serta permintaan yang tinggi, rumput laut Sargassum sp. masih belum banyak dibudidayakan. Dengan kata lain, rumput laut ini masih banyak bergantung pada tangkapan alam.
Namun, pengenalan budidaya rumput laut Sargassum kini telah banyak dilakukan. Salah satu metode yang dapat dipakai untuk budidaya rumput laut Sargassum yaitu long-line.
Metode long-line menggunakan tali yang mengapung di dekat permukaan air, memungkinkan Sargassum tumbuh optimal di kedalaman tertentu.
Penelitian menunjukkan bahwa metode budidaya ini tidak hanya ramah lingkungan tetapi juga dapat meningkatkan hasil panen. Dengan metode ini, Sargassum dapat diproduksi secara berkelanjutan tanpa merusak ekosistem laut.
Sumber: