Rumput laut selalu menjadi andalan subsektor perikanan budidaya Indonesia dari waktu ke waktu. Komoditas tersebut menjadi produk ekspor andalan untuk diperdagangkan melalui jalur ekspor ke sejumlah negara tujuan di dunia.
Selain dalam bentuk mentah, rumput laut juga ternyata sangat baik dikonsumsi dalam bentuk olahan pangan lain. Bahkan, Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) mengklaim bahwa produk olahan pangan yang berasal dari rumput laut bisa mencegah radikal bebas masuk ke tubuh manusia.
Direktur Jenderal Penguatan Daya Saing Produk Kelautan dan Perikanan (PDSPKP) KKP Artati Widiarti menerangkan, rumput laut sangat baik untuk dikonsumsi tubuh, karena mengandung senyawa bioaktif seperti karotenoid, fenol dan turunannya, sulfat polisakarida, dan vitamin.
Dengan khasiat tersebut, ilmuwan kemudian menggolongkan rumput laut ke dalam kelompok makanan super (superfood). Pengelompokan tersebut dilakukan, karena kandungan senyawa yang ada dalam rumput laut berfungsi secara biologis, salah satunya sebagai antioksidan.
“Permintaan antioksidan alami kian tumbuh seiring dengan dibatasinya antioksidan sintetis karena beracun,” jelas dia belum lama ini di Jakarta.
Fakta tersebut menjadikan rumput laut sebagai salah satu sumber alternatif alami yang berasal dari tanaman. Peluang tersebut diharapkan bisa dimanfaatkan dengan baik oleh dunia usaha, sekaligus dijadikan momen untuk mengembangkan rumput laut yang berasal dari Indonesia.
Agar bisa semakin berkembang, Pemerintah Indonesia saat ini juga terus mendorong pengembangan rumput laut dilakukan dengan melibatkan para inovator yang mendirikan usaha permulaan (startup) yang mengkhususkan diri pada perikanan.
Peneliti Balai Bioindustri Laut Badan Riset dan Inovasi Nasional (BBIL BRIN) Ratih Pangestuti pada kesempatan yang sama menjelaskan bahwa mengonsumsi rumput laut dalam jangka waktu yang lama diklaim akan meningkatkan angka harapan hidup.
Klaim tersebut didasarkan pada sebuah studi yang dipublikasikan oleh Journal of Applied Phycology pada 2019. Menurut dia, kebiasaan mengonsumsi rumput laut bisa meningkatkan harapan hidup perempuan yang ada di Jepang hingga mencapai 88,09 tahun atau nomor dunia tertinggi di dunia.
Angka tersebut diakuinya sangat jauh mengungguli Indonesia yang selama ini dikenal sebagai salah satu produsen rumput laut terbanyak di dunia. Di Indonesia, angka harapan hidup kaum perempuan baru mencapai 74,64 tahun atau menempati urutan 122 di dunia.
Lebih detail, Ratih Pangestuti juga mengungkapkan bahwa dunia farmasi juga sudah mengenal khasiat alami dari rumput laut. Dari studi awal yang sudah dilakukan oleh para ilmuwan, diketahui bahwa rumput laut mengandung fucoidan atau sulfated polysaccharides yang cukup efektif untuk menekan pertumbuhan virus COVID-19.
Khasiat bagus tersebut, bisa ditemukan pada rumput laut cokelat dan mikro alga cokelat yang ada di Indonesia. Saat ini, Amerika Serikat bahkan sudah melakukan uji klinis tahap ketiga untuk mengungkap khasiat dari rumput laut.
“Di bidang kesehatan lainnya juga ditemukan bahwa sodium oligomannate dari rumput laut coklat sudah banyak digunakan untuk mengobati penyakit Alzheimer,” terang dia.
Pada 2019, Ratih Pangestuti juga mempublikasikan hasil penelitiannya tentang khasiat rumput laut yang bisa menjadi obat untuk penyakit kanker. Senyawa antikanker yang ada dalam rumput laut itu, meliputi klorofil, karotenoid, asam fenol, mycosporine like amino acid (MAA), flavonoid, alkaloid, saponin, dan polisakarida tersulfasi.
Menurut dia, kandungan-kandungan tersebut dinilai mampu untuk diubah sebagai antikanker. Hasil penelitian tersebut bisa diketahui setelah proses panjang dilakukan sejak 2012 lalu dengan melibatkan perusahaan farmasi asal Spanyol, Pharma Mar.
“Penelitian ini bisa memakan waktu 10 sampai 20 tahun hingga benar-benar bisa dikomersilkan,” jelas dia.
Diketahui, penyakit kanker menempati urutan tertinggi diderita oleh pasien wanita, yaitu sebesar 2,1 juta/per tahun pada 2018. Angka kematian yang ditimbulkannya sebesar 627.000 orang atau sebesar 15 persen dari total penderita kanker.
Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Pusat Penelitian Oseanografi (P2O) Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) menunjukkan bahwa 60 persen obat antikanker berasal dari alam. Sementara itu, empat obat antikanker komersial berasal dari laut.
Sebagai negara kepulauan yang wilayahnya didominasi oleh lautan, Indonesia memang dianugerahi keanekaragaman hayati yang sangat banyak. Anugerah tersebut bisa dimanfaatkan dengan baik untuk kepentingan kesehatan, ataupun hal lain yang bermanfaat.
Pupuk Tanaman. Diketahui, rumput laut menjadi komoditas berharga dan andalan bagi Indonesia hingga saat ini. Selain dimanfaatkan secara mentah, rumput laut jug didorong untuk dimanfaatkan dalam bentuk olahan pangan yang lain. Hal itu, tidak lain karena konsumsi masih sangat rendah, meski produksi rumput laut di Indonesia tinggi.
Selain bermanfaat untuk kesehatan dan farmasi, rumput laut juga diketahui bermanfaat untuk penyubur tanaman. Pengembangan tersebut dilakukan, karena selama ini tanaman menggunakan pupuk kimia untuk bisa tumbuh subur.
Sayangnya, pupuk kimia dinilai memberikan dampak buruk bagi struktur tanah dan tanaman. Agar lingkungan tidak mengalami penurunan daya dukung akibat penggunaan pupuk kimia, pupuk hayati bisa menjadi solusi untuk mengatasi persoalan tersebut.
Pupuk hayati diciptakan oleh Badan Riset dan Sumber daya Manusia Kelautan dan Perikanan (BRSDM KP) KKP. Para peneliti di instansi tersebut menciptakan formula pembuatan pupuk hayati dari bahan rumput laut. Selain itu, pupuk hayati juga memanfaatkan limbah perikanan.
Peneliti yang berhasil melakukan inovasi tersebut, adalah Jamal Basmal yang setiap hari meneliti di Balai Besar Riset Pengolahan Produk dan Bioteknologi Kelautan dan Perikanan (BBRP2BKP) KKP. Jamal dinilai berhasil menciptakan formula pembuatan pupuk hayati berbasis rumput laut dan limbah perikanan.
Kedua bahan baku tersebut memiliki keunggulan sebagai zat pemacu tumbuh yang dapat meningkatkan jumlah produksi tanaman. Kemudian, juga mampu menghindarkan tanaman dari serangan hama, sehingga bisa mengurangi penggunaan pupuk kimia, memperbaiki kualitas tanaman, dan meningkatkan pendapatan masyarakat.
Jamal menjelaskan, pupuk hayati dengan bahan baku dari rumput laut memiliki manfaat dan sekaligus bisa meningkatkan ekonomi masyarakat dalam waktu bersamaan. Hal itu, karena pupuk hayati mengandung kebaikan unsur hara yang terdiri dari nitrogen, fosfor, dan kalium (NPK). “Itu sangat bagus untuk melindungi tanaman dari hama dan patogen lainnya,” jelas dia.
Manfaat lainnya, pupuk hayati dihasilkan melalui proses produksi yang mudah, sederhana, dan aplikatif. Dengan demikian, akan banyak orang yang bisa membuat pupuk hayati dengan menggunakan bahan baku rumput laut yang masih berlimpah di Indonesia.
Jika produksi semakin banyak dilakukan, maka nantinya pupuk hayati bisa menjadi pupuk alternatif untuk mengurangi ketergantungan pupuk kimia yang biasa digunakan para petani. Kehadirannya, juga tak hanya baik untuk tanaman, juga baik untuk lingkungan, karena ramah lingkungan.
“Bahan baku rumput laut yang digunakan untuk produksi pupuk hayati bisa menggalakkan budidaya rumput laut di kalangan petani rumput laut,” terang dia.
Pemanfaatan rumput laut dan limbah perikanan untuk pupuk tanaman, menjadi bagian dari komitmen Indonesia untuk menerapkan prinsip ekonomi biru dengan memanfaatkan sumber daya kemaritiman secara berkelanjutan.
Menurut Menteri Kelautan dan Perikanan Sakti Wahyu Trenggono penerapan ekonomi biru bisa memberikan manfaat yang banyak bagi masyarakat Indonesia. Namun, dalam penerapannya, ekonomi biru harus didukung dengan penguatan riset ilmu pengetahuan.
“Laut itu kehidupan. Kesehatan laut itu penting, karena jika laut sehat, lingkungan sehat,” ucap dia.
Sumber: https://www.mongabay.co.id/2021/09/14/manfaat-super-dari-rumput-laut/