Kementerian Kelautan Luncukan Platform Digital Budidaya Rumput Laut

3 years ago

Budidaya rumput laut memiliki segudang kemudahan untuk dikembangkan sebagai bisnis yang maju. Selain itu, budidaya rumput laut juga memiliki peran ekologis yang besar. Untuk mendukung pengembangan bisnis budidaya rumput laut, Kementerian Kelautan dan Perikanan pun telah meluncurkan sebuah platform digital Tropical Seaweed Innovation Network (TSIN).


Pontas Tambunan, Wakil Ketua The Indonesia Seaweed Industry Association (Astruli), mengatakan ada beberapa alasan kenapa budidaya rumput laut memiliki peluang bisnis yang menggiurkan.


Alasan pertama karena produksi rumput laut relatif sederhana. Hal ini menjadikan biaya investasi yang diperlukan tidak terlalu besar, sehingga cocok untuk pebisnis dengan modal yang terbatas. Selain itu, mesin-mesin yang dibutuhkan menurut Pontas juga tidak perlu mengimpor dari luar negeri.


Pertumbuhan pasar rumput laut juga positif, baik di Eropa maupun Amerika. Di samping itu, penggunaan rumput laut menurut Pontas sangat luas.


“Dimulai dari pangan, pakan, kemudian ada kosmetik, ada farmasi, dan bahkan terakhir sedang dikembangkan lagi untuk energi,” kata Pontas Tambunan dalam seminar daring yang diadakan oleh Ditjen PDSPKP (Penguatan Daya Saing Produk Kelautan dan Perikanan), Senin (21/12).


Luasnya penggunaan rumput laut akan membuat pebisnis tidak akan mengalami kesulitan untuk memasarkan produknya.


Keuntungan lain melakukan budidaya rumput laut adalah tidak memerlukan lahan darat yang luas. Pasalnya, dengan perkembangan teknologi, petani rumput laut nantinya tidak perlu lagi membangun tambak. Proses budidaya bisa dilakukan di dalam laut.


Secara ekologi, rumput laut juga termasuk komoditas yang ramah lingkungan. Pasalnya, rumput laut nantinya bisa menjadi rumah bagi ikan-ikan di lautan.


“Artinya dia akan menyayangi lingkungannya untuk bisa menghasilkan rumput laut,” ujarnya.


Dan yang paling penting bagi pebisnis, rumput laut menurut Pontas memberikan pendapatan yang lebih baik. Pasalnya, pada saat kondisi normal, rumput laut akan menghasilkan pendapatan yang lebih tinggi dari pendapatan nasional perkapita maupun upah minimum yang berlaku di setiap daerah.


Jika dibandingkan dengan komoditas lain, sebutlah gula pasir, secara rendemen rumput laut juga jauh lebih baik. Jika gula pasir hanya menghasilkan rendemen 8 sampai 10 persen, rumput laut dapat menghasilkan rendemen dari 20 sampai 30 persen.


“Maka jika dibandingkan dengan itu, maka rumput laut sebenarnya jauh, jauh, jauh, lebih baik daripada gula pasir,” lanjutnya.


Butuh Dukungan Riset dan Inovasi


Satu hal yang menjadi isu penting dalam bisnis rumput laut adalah perlunya dukungan riset dan inovasi yang lebih signifikan untuk meningkatkan daya saing produk rumput laut Indonesia. Sayangnya, dana riset dan inovasi Indonesia masih sangat rendah, hanya 0,2 persen dari PDB.


Angka ini masih jauh di bawah negara lain seperti India dan Singapura yang nilai investasi riset dan inovasinya sudah di atas 1 persen, apalagi Jepang yang sudah mencapai 3 persen di atas PDB.


Jika ingin mengembangkan riset dan inovasi di bidang rumput laut, menurut Jana Tjahjana Anggadiredjo, Taprof Bidang Sumber Kekayaan Alam Lemhanas, ada beberapa hal yang mesti menjadi pertimbangan.


“Pertama adalah potensi keragaman jenis yang tinggi,” ujar Jana.


Ada sangat banyak spesies rumput laut yang dimiliki Indonesia. Hal ini menurut dia harus diperhatikan benar, supaya bisa memilah mana spesies unggulan untuk kemudian dikembangkan.


Selain itu, minat peneliti, sumber dana, serta peralatan yang terbatas juga penting untuk diperhatikan. Dengan semua keterbatasan yang dimiliki, harus dibuat pemetaan yang jelas supaya potensi yang dimiliki bisa dimanfaatkan secara optimal.


“Untuk peralatan tidak terlalu jelek-jelek banget sebenarnya. Kita punya peralatan yang bisa mengekstraksi DNA, kita bisa menentukan kandungan senyawa aktif dari rumput laut, sudah bisa kita lakukan sekarang di dalam negeri,” ujarnya.


Riset dan inovasi juga perlu dipetakan lagi, mana yang mesti menjadi bagian dari push strategi dan mana yang mesti menjadi bagian dari pull strategy. Seharusnya, yang banyak berperan pada bagian push strategy adalah lembaga pemerintah, sedangkan yang pull strategy mestinya lebih banyak diambil oleh industri.


“Ini akan mempermudah memetakan, mana yang akan langsung kita bawa ke industri dan mana yang masih dalam tahapan research development,” ujar Jana.


TSIN, Platform Digital untuk Dukung Industri Rumput Laut


Untuk menunjang daya saing industri rumput laut nusantara, Ditjen PDSPKP mengembangkan Tropical Seaweed Innovation Network (TSIN). TSIN merupakan platform digital yang tujuannya menjaring lembaga pusat penelitian dan pengembangan serta pakar-pakar rumput laut di seluruh Indonesia.


Direktur Pemasaran Ditjen PDSPKP, Machmud, mengatakan bahwa sejauh ini sudah ada 161 pakar, tujuh keahlian, serta 20 pusat pengembangan yang sudah tergabung dalam platform ini.


Adapun tujuh keahlian yang terdapat di dalam TSIN di antaranya taksonomi, monitoring, akuakultur, genetika, teknologi pemrosesan, bioteknologi, serta sosio-ekonomi.


“TSIN dapat diakses dengan mengunjungi laman seaweednetwork.id,” ujar Machmud.


Ada empat layanan yang diberikan dalam TSIN, di antaranya adalah analisis, konsultasi, sertifikasi, serta pelatihan. Nantinya, pengguna layanan ini akan dihubungkan secara langsung dengan para pakar yang ahli di bidang industri rumput laut.


Harapannya, dengan menghubungkan langsung para pelaku bisnis atau yang memiliki minat mendalami bisnis atau penelitian rumput laut dengan para pakar, industri rumput laut bisa semakin bergeliat sehingga dapat meningkatkan daya saing di kancah ekspor.


“Syang sekali kalau layanan ini tidak dimanfaatkan dengan optimal,” ujarnya.


Untuk memberikan manfaat yang lebih besar, Machmud mengatakan ke depan TSIN akan semakin dimutakhirkan. Beberapa pengembangan yang akan dilakukan ke depan di antaranya optimalisasi website TSIN melalui pemanfaatan Search Engine Optimization (SEO) dan Search Engine Marketing (SEM). Selain itu, website TSIN juga akan diintegrasikan pada sistem KKP.


“Kemudian juga ada up-scalling hasil riset dan inovasi melalui fasilitas link and match antara peneliti dengan industri,” ujar Machmud. (Widi Erha Pradana / YK-1)


Sumber: https://kumparan.com/pandangan-jogja-com/kementerian-kelautan-luncukan-platform-digital-budidaya-rumput-laut-1utsFUtlpV7/full


Our Partners
Supported By