Karangan Rumput Laut: Kue Legendaris & Langka dari Bantul!

a week ago

Karangan adalah salah satu kuliner rumput laut yang merupakan warisan khas daerah Bantul dengan cerita tentang tradisi dan keunikan rasa. 


Dengan sejarah yang panjang, karangan rumput laut tidak hanya sekadar makanan, namun juga bagian dari budaya masyarakat pesisir. 


Artikel ini akan membahas apa itu karangan rumput laut, asal usulnya, keberadaannya yang kini semakin langka, serta cara pembuatannya secara tradisional.


Apa itu Karangan Rumput Laut?

Karangan rumput laut merupakan makanan tradisional Bantul yang sudah ada sejak puluhan tahun lalu. 


Nama “Karangan” berasal dari cara masyarakat setempat mendapatkan bahan bakunya, yakni mengambil rumput laut yang tumbuh menempel di sela-sela batu karang ketika air laut surut. 


Bentuknya mirip agar-agar dengan tekstur kenyal, berwarna hijau alami, dan memiliki aroma laut yang khas.


Kue ini dibuat dari rumput laut yang sudah melalui proses panjang, mulai dari penjemuran hingga perebusan berjam-jam. 


Penampilannya sederhana, biasanya dicetak dalam wadah tempurung kelapa, lalu disajikan dengan balutan daun pisang.


Bagaimana Rasa dan Cara Makannya?

Bagi yang belum pernah mencicipi, karangan rumput laut memiliki rasa yang unik. Secara alami, rasanya cenderung tawar, namun teksturnya memberikan sensasi kenyal dan sedikit renyah saat digigit. Justru kesederhanaan rasa inilah yang membuatnya istimewa, karena biasanya disajikan dengan lauk pendamping khas.


Masyarakat Bantul umumnya menikmati karangan rumput laut bersama Bothok Mlandingan, yaitu olahan kelapa parut dengan petai cina dan bumbu pedas gurih.


Bisa juga dimakan bersama Kethak Krengseng, masakan dari ampas santan yang dimasak dengan bumbu manis gurih. 


Perpaduan ini membuat karangan yang sederhana berubah menjadi hidangan yang kaya rasa, menghadirkan kombinasi kenyal, gurih, dan sedikit pedas dalam satu suapan.


Makanan yang Mulai Langka

Saat ini, karangan rumput laut sudah semakin sulit ditemukan. 


Ada beberapa alasan yang membuatnya langka:

  • Pertama, bahan baku berupa rumput laut liar hanya bisa dipanen pada musim kemarau, sehingga produksinya sangat terbatas
  • Kedua, proses pembuatannya membutuhkan waktu dan tenaga ekstra, dari menjemur hingga merebus selama berjam-jam sambil terus diaduk agar hasilnya sempurna


Hal itu lah yang menyebabkan para pembuat karangan mulai berpindah ke usaha atau jenis makanan lain, karena prosesnya yang lama serta banyaknya jenis alternatif makanan. 


Dulu, terdapat puluhan pembuat karangan di Bantul, tetapi kini hanya tersisa segelintir saja yang masih setia menjaga warisan kuliner tersebut.


Cara Membuat Karangan Rumput Laut

Meskipun terlihat sederhana, proses membuat karangan rumput laut membutuhkan kesabaran dan keterampilan khusus. 


Setiap tahapannya dikerjakan dengan teliti agar menghasilkan tekstur kenyal dan rasa yang khas. Berikut langkah-langkah utamanya:

  • Pengumpulan bahan: Rumput laut diambil dari pantai, biasanya saat musim kemarau ketika hasil laut melimpah
  • Penjemuran: rumput laut dijemur hingga kering. Dalam kondisi kering, bahan ini bisa bertahan hingga tiga tahun
  • Pencucian dan sortir: Rumput laut kering dicuci bersih dan disortir untuk memastikan tidak ada kotoran atau pasir yang tertinggal
  • Perebusan: Rumput laut direbus sekitar tiga jam menggunakan air bercampur daun asam atau mangga muda, sambil terus diaduk agar teksturnya rata. Proses perebusan dilakukan di kuali tanah liat dengan tungku kayu bakar, menambah aroma dan keaslian rasa
  • Pencetakan: Cairan rumput laut yang sudah matang dituangkan ke dalam cetakan, umumnya tempurung kelapa, lalu didiamkan hingga mengeras


Hasilnya adalah kue tradisional yang kenyal, berwarna hijau, dan siap disajikan. Meski terlihat sederhana, setiap potong karangan rumput laut membawa nilai sejarah, ketekunan, dan kecintaan masyarakat Bantul pada tradisi kuliner mereka.


Sumber gambar: Magelang Ekspres

Our Partners
Supported By