Inovasi Produk Rumput Laut Kappaphycus Alvarezii pada Masker Wajah

3 years ago

Tingkat pemanfaatan rumput laut di Indonesia diperkirakan baru mencapai 25%, sedangkan jenis rumput laut yang dimiliki Indonesia tercatat sebanyak 555 jenis rumput laut. Kondisi ini merupakan peluang dan tantangan yang cukup besar bagi sektor perikanan dan kelautan untuk dapat memanfaatkan dan mengembangkan potensi sumber daya laut yang ada seperti rumput laut. Produk olahan rumput laut saat ini cukup beragam dan memiliki nilai jual tinggi, dan rumput laut juga penting dalam industri makanan, farmasi, kosmetik, dan makanan, cat, tekstil, bahkan industri kertas. Beberapa produk kosmetik mengandung bahan kimia yang berbahaya bagi sebagian konsumen sehingga menyebabkan sebagian konsumen beralih ke produk yang menggunakan bahan alami untuk menghindari efek negatif yang tidak diinginkan. Kebutuhan akan produk kosmetik seperti masker yang membutuhkan bahan aktif alami memberikan peluang bagi potensi pemanfaatan rumput laut sebagai bahan dasar kosmetik. Rumput laut merah yang banyak dimanfaatkan adalah Kappaphycus alvarezii yang merupakan salah satu karagaenofit yang mampu membentuk gel pada rumput laut sehingga menghasilkan pasta yang baik, menghasilkan pati fluor. Selain itu, keunggulan rumput laut jenis ini merupakan hasil perikanan yang saat ini sedang dikembangkan menjadi produk perikanan unggulan di masa mendatang. Berdasarkan latar belakang tersebut, maka laporan tentang teknik pembuatan masker rumput laut jenis K. alvarezii kami susun dari hasil kegiatan praktek lapang di BBP2HP (Balai Besar Pengujian Penerapan Hasil Perikanan) Jakarta.


Teknik Pembuatan Masker Rumput Laut. Teknik pembuatan masker wajah dengan penambahan rumput laut K. alvarezii. Teknik pengolahan produk masker rumput laut di BBP2HP melalui dua tahap; yaitu, pertama proses pengumpulan bahan baku rumput laut K. alvarezii dan yang kedua adalah proses pembuatan produk masker rumput laut K. alvarezii. Teknik pembuatan masker dilakukan dengan pemanasan dan pencampuran yang diawali dengan pemanasan bahan. Fase minyak dan fase air di tempat terpisah, lalu campurkan bahan fase minyak dan fase air dan taruh material filler atau filler. Formulasi material yang digunakan BBP2HP terbagi menjadi tiga fase, yaitu fase minyak, fase air dan fase pengisi.


Persiapan Bahan Baku Masker Rumput Laut. Tepung rumput laut K. alvarezii yang digunakan merupakan hasil pengeringan rumput laut di Balai, bukan dari pembelian secara komersial. Proses pemanenan rumput laut diawali dengan mencuci dan merendam rumput laut yang sudah kering, memotong, mengeringkan, dan menahannya. Proses pencucian dan perendaman rumput laut kering bertujuan untuk menghilangkan kotoran yang masih menempel dan melembutkan rumput laut tersebut. Rumput laut kering direndam dalam air selama tiga hari perendaman, termasuk 30% kapur pada langkah terakhir perendaman. Proses pengeringan rumput laut menggunakan oven dengan suhu 30-40°C dengan pemantauan terus menerus agar tidak terjadi pembakaran rumput laut yang sudah kering. Tujuan pengeringan adalah untuk mengurangi kadar air bahan hingga batas dimana perkembangan mikroorganisme yang dapat menyebabkan pembusukan terhenti, serta perubahan akibat aktivitas enzim, menjadikan bahan tidak mudah rusak sehingga memiliki daya tahan yang lebih lama. dan memfasilitasi pemrosesan lebih lanjut. Bobotnya 85 gram, dimana rumput laut mengalami penurunan bobot 95,75% dari bobot awal.


Proses penepungan rumput laut menggunakan blender stainless beberapa kali hingga diperoleh serbuk halus kemudian disaring dengan ayakan. Saringan tepung rumput laut yang digunakan berukuran 200 μm. Rendemen tepung rumput laut dari proses pengayakan adalah 3% yaitu 60 gram tepung rumput laut dari berat basah 2 kg. Hasil ini disebabkan oleh penurunan berat selama proses pelepasan, pengeringan, pemurnian, pengayakan, dan penyaringan. Warna tepung rumput laut yang dihasilkan berwarna putih kekuningan.



Pembuatan Masker. Teknik pembuatan masker dilakukan dengan pemanasan dan pencampuran yang diawali dengan pemanasan fase minyak dan fase air, kemudian fase minyak dan fase pencampuran, dan langkah terakhir adalah pencampuran dengan fase minyak dan air. komponen pengisi. Fase minyak larut dalam minyak, biasanya bersifat asam. Pemanasan fasa minyak yang terdiri dari emulgade, asetil alkohol, dan parafin cair dilakukan dengan melarutkan bahan yang memiliki titik kelarutan yang sama yaitu pada suhu 90°C di atas pemanas. Fungsi ketiga bahan ini adalah sebagai pengemulsi. Pengemulsi merupakan surfaktan yang mampu mereduksi tegangan antarmuka dua fasa yaitu molekul hidrofilik dan hidrofobik. Produk yang menggunakan campuran air dan minyak selalu menggunakan emulsifier pada formulasinya.


Fase cair adalah bahan yang larut dalam air, biasanya bersifat basa. Pemanasan fasa cair dilakukan secara terpisah dari fasa minyak. Fase cair terdiri dari titan dioksida yang dilarutkan dalam aquadest, yang dipanaskan pada suhu 45°C di atas pemanas. Penambahan methylparaben dan propylparaben setelah bahan campuran tercampur seluruhnya yang berfungsi sebagai pengawet, sedangkan penambahan asam sitrat berfungsi untuk menjaga pH sediaan kosmetik agar tetap sama selama pemakaian dan penyimpanan. Pengaplikasian ramuan tersebut dilakukan untuk mengatasi perubahan pH yang diperkirakan tidak akan menyebabkan iritasi kulit pada pengguna kosmetik tersebut.


Pencampuran fasa minyak ke dalam fasa air dilakukan dengan pemanasan pada suhu yang tidak terlalu berbeda yaitu 75°C untuk menghindari terjadinya pemisahan fasa. Jika fasa air suhunya tidak sama dengan fasa minyak, maka sebagian wax atau lemak akan menjadi stabil, sehingga terjadi pemisahan antara fasa air dan fasa minyak. Penambahan TEA pada beaker glass dilakukan dengan pengadukan secara kontinyu karena mempengaruhi viskositas sediaan masker. TEA digunakan sebagai pengemulsi anionik dan dapat menghasilkan emulsi minyak dalam air yang homogen dan stabil. Proses pencampuran dilanjutkan dengan menambahkan ekstrak chamomile, alkohol, susu dan parfum secara bergantian sebagai bahan tambahan. Penambahan susu pada masker juga memberikan efek warna putih / cerah dan bersih pada tampilan masker dan efek melembutkan tekstur masker.


Penutup. Teknik pengolahan produk masker rumput laut di BBP2HP melalui dua tahap, yaitu proses pengumpulan bahan baku rumput laut K. alvarezii dan proses pembuatan produk masker rumput laut K. alvarezii. Teknik pembuatan masker dilakukan dengan pemanasan dan pencampuran, dimulai dengan memanaskan fasa minyak dan fasa air, kemudian mencampurkan fasa minyak dan fasa air, serta menambahkan bahan pengisi atau filler. Rendemen tepung rumput laut adalah 60 gram tepung rumput laut (3%) dari berat basah 2 kg. Pasta merupakan salah satu bentuk produk akhir dari masker wajah.


Penulis: Dr. Eng. Sapto Andriyono, S.Pi., M.T


Sumber: http://news.unair.ac.id/2021/05/05/inovasi-produk-rumput-laut-kappaphycus-alvarezii-pada-masker-wajah/

Our Partners
Supported By