Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) baru-baru ini mengumumkan bahwa biostimulan yang terbuat dari rumput laut dapat berfungsi sebagai prebiotik untuk meningkatkan kualitas budidaya perikanan.
Temuan ini datang sebagai respons terhadap tantangan yang dihadapi dalam pengelolaan kualitas air untuk budidaya ikan sidat.
Menurut Jamal Basmal, Peneliti Ahli Utama di Pusat Riset Bioindustri Laut dan Darat, biostimulan berfungsi sebagai sumber makanan yang diharapkan dapat dicerna oleh ikan secara optimal.
“Dia (biostimulan) itu sebagai prebiotik, prebiotik itu kan makanan yang kita kasih ke ikan diharapkan semua dicerna. Kalau semua dicerna kan berarti fesesnya sedikit, amonia sedikit, ikannya bagus (pertumbuhan),” ujarnya melansir dari ANTARA, Senin(7/10/2024).
Inovasi tersebut menjadi jawaban atas persoalan yang dihadapi oleh Ketua Koperasi Mina Agar Makmur Usup Supriyatna yang mengeluhkan air bioflok budidaya sidat miliknya kotor, sehingga berpengaruh pada hasil pertumbuhan ikan.
Hasil pertemuan antara Usup dan Jamal lantas menghasilkan ide untuk memanfaatkan komoditas rumput laut jenis glacilaria yang juga sebagai hilirisasi emas hijau ini sebagai biostimulan atau suplemen perikanan.
“Baru tiga hari langsung bagus kualitas airnya. Jadi biasanya kan airnya itu keruh karena banyak sisa pakan yang tidak terurai,” ujarnya Usup.
Selain ikan sidat, pihaknya juga menjajal biostimulan berbasis rumput laut pada komoditas udang hingga bandeng. Ia mengklaim hasil pertumbuhan komoditas situ lebih cepat dibandingkan dengan cara budidaya tradisional bahkan memberikan ketahanan hidup ikan budidaya (survival rate) hingga 70 persen.
Artikel ini pertama kali dipublikasikan oleh Suara Kalbar. Ketepatan informasi di dalamnya di luar tanggung jawab Seaweednetwork.