Pada industri rumput laut di Indonesia, Sargassum sp. masih menjadi komoditas yang belum banyak disorot. Padahal, jenis rumput laut coklat ini menyimpan potensi besar sebagai bahan baku industri bioetanol, pangan fungsional, kosmetik, hingga farmasi.
Jika dibandingkan dengan Eucheuma cottonii atau Gracilaria, budidaya Sargassum sp. masih belum banyak diaplikasikan karena masih mengandalkan tangkapan alam.
Meski begitu, beberapa langkah untuk mengintroduksi teknik budidaya sargassum sp. pada masyarakat telah banyak dilakukan. Pengembangan budidaya Sargassum sp. melalui metode modern seperti long-line menjadi penting untuk dilanjutkan.
Artikel ini akan membahas mengenai cara budidaya rumput laut Sargassum sp. menggunakan metode long-line dengan berdasarkan berbagai studi dan praktik yang telah dilakukan.
Cara Budidaya Sargassum sp. Metode Long-Line
Pemilihan Lokasi yang Tepat
Langkah pertama dalam budidaya Sargassum adalah memilih lokasi perairan yang sesuai. Idealnya, lokasi memiliki kedalaman 1 hingga 3 meter, dengan arus yang tidak terlalu kuat, tetapi cukup membawa nutrien alami.
Kejernihan air juga menjadi salah satu aspek pemilihan karena memengaruhi proses fotosintesis.
Struktur Jaring dan Sistem Long-Line
Sistem long-line terdiri dari tali utama yang dipasang horizontal mengikuti arah arus laut, dan disangga oleh pelampung seperti jerigen atau pelampung styrofoam.
Tali utama diikatkan pada jangkar di kedua ujungnya untuk memastikan kestabilan di tengah laut. Bibit Sargassum sp. yang telah dipotong seberat 100 gram per unit—diikat pada tali utama menggunakan tali ris pendek dengan jarak sekitar 20–30 cm antar bibit.
Dalam praktiknya, sistem ini memungkinkan ribuan bibit digantung dalam satu rangkaian, menciptakan area budidaya yang padat namun efisien.
Perawatan
Meski tergolong tahan terhadap perubahan lingkungan, budidaya Sargassum sp. tetap membutuhkan pengawasan rutin.
Pembersihan biofouling seperti lumut dan organisme pengganggu dilakukan setiap minggu. Selain itu, bibit yang rusak atau mengering harus segera diganti. Pengukuran suhu, salinitas, dan kejernihan air juga penting untuk pemantauan kondisi perairan.
Panen
Panen biasanya dilakukan 45 hingga 60 hari setelah tanam. Rumput laut Sargassum yang dipanen akan dikeringkan di bawah sinar matahari hingga kadar air mencapai titik minimum.
Berdasarkan jurnal “Pertumbuhan Rumput Laut Sargassum sp. yang Dibudidayakan dengan Bobot Awal yang Berbeda pada Metode Long Line di Perairan Semau” oleh Billa et al. (2021), laju pertumbuhan spesifik rumput laut Sargassum perhari dapat mencapai rentang 2,92 – 3,68 gram per hari.
Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Budidaya Sargassum
Keberhasilan budidaya Sargassum dipengaruhi oleh berbagai faktor lingkungan dan teknis.
Pertama adalah kualitas air, termasuk suhu (idealnya 28–30°C), salinitas (sekitar 30–33 ppt), serta intensitas cahaya matahari. Cahaya matahari sangat penting karena proses fotosintesis yang efisien akan menentukan laju pertumbuhan talus rumput laut.
Kedua, kecepatan arus laut juga memiliki peran besar. Arus sedang membantu sirkulasi nutrien dan mencegah sedimentasi di sekitar bibit. Namun, jika terlalu kuat, arus bisa merusak struktur tali dan memutus ikatan bibit. Dalam praktiknya, kecepatan arus ideal adalah 10–30 cm per detik.
Ketiga, padat tebar bibit juga harus diperhitungkan secara cermat. Jarak yang terlalu rapat dapat menyebabkan kompetisi cahaya dan nutrisi, sementara jarak terlalu lebar mengurangi efisiensi produksi. Jarak 20–30 cm dinilai ideal menurut berbagai studi.
Keempat, teknik pengikatan dan kekuatan tali juga penting dalam metode long-line. Bibit yang tidak terikat kuat berisiko lepas, apalagi ketika ombak tinggi melanda. Penggunaan tali ris yang elastis namun kuat sangat disarankan untuk menjaga ketahanan sistem.
Kelima, periode tanam juga berpengaruh. Musim dengan cuaca cerah dan ombak tenang, seperti pada periode April–Juni atau September–November, lebih cocok untuk budidaya Sargassum karena memungkinkan pertumbuhan optimal tanpa gangguan cuaca ekstrem.
Sumber gambar:
UNIKA