Politeknik Pertanian Negeri Kupang (Politani Kupang) bersama dengan Unit Pelaksanan Teknis Dinas (UPTD) Taman Perairan Kepulauan Alor kini tengah melakukan penelitian mengenai praktik budidaya rumput di Pulau Lapang, Desa Blangmerang, Kecamatan Pantar Barat, Kabupaten Alor.
Penelitian tersebut telah dilakukan selama 3 bulan di Kawasan Konservasi Daerah (KKD) Taman Perairan Kepulauan Alor Provinsi NTT
Politani Kupang dan UPTD Taman Perairan Kepulauan Alor melangsungkan penelitian dengan berfokus pada Produk Rumput Laut Premium NTT untuk memenuhi permintaan industri.
Pada awal Januari 2025 ini, penelitian tersebut akhirnya membuahkan hasil.
Muhammad Saleh Goro selaku Plt. Kepala UPTD Taman Perairan Kepulauan Alor dan Laut Sekitarnya menyampaikan bahwa bibit yang digunakan kualitasnya semakin menurun seiring berjalannya tahun dan besaran bibit mengalami kekerdilan.
“Hal ini dikarenakan bibit rumput laut jenis Sakol (Kappaphycus striatum) yang dibudidayakan oleh pembudidaya rumput laut di Kabupaten Alor tersebut merupakan turunan lebih dari 15 atau di atas F15,” ujar Saleh.
Pada aspek budidaya rumput laut, penggunaan bibit yang sudah semakin banyak jumlah turunannya, maka semakin menurun pula laju pertumbuhannya.
“Untuk menjawab persoalan tersebut, dilakukan uji coba budidaya pada 2 jenis rumput laut yaitu Sakol dan Eucheuma cottonii, dengan 2 perlakuan yaitu kultur jaringan dan lokal,” jelas Saleh.
Hasil dari uji coba tersebut adalah pembibitan rumput laut dengan metode kultur jaringan memiliki kualitas yang paling baik hingga mendekati bibit turunan pertama (F1).
Teknologi kultur jaringan dikenal dapat menghasilkan bibit dengan sifat yang sama persis dengan induknya.
Saleh menyatakan bahwa telah melakukan uji coba awal untuk membudidayakan bibit rumput laut hasil kultur jaringan pada 8 tali dan telah memenuhi syarat untuk dijadikan bibit pada hari ke-21.
Saat ini sudah dikembangkan 2 kali pembibitan oleh Kelompok Rumput Laut Ramah Lingkungan Desa Blangmerang, dengan mengembangkan bibit hasil dari 8 tali tersebut menjadi bibit pada 32 tali,” kata Saleh.
Bibit dari 32 tali yang sudah dikembangkan akan kembali dibudidayakan untuk menghasilkan lebih banyak bibit. Setelah jumlahnya mencukupi, bibit tersebut akan didistribusikan kepada anggota kelompok hingga ke kelompok lainnya yang tercatat dalam database Pembudidaya Rumput Laut Indonesia.
“Pengembangan bibit unggul targetnya dilaksanakan dan diperkirakan akhir tahun 2025, seluruh pembudidaya pada lokasi ini sudah menggunakan jenis rumput laut Sakol hasil Kuljar. Pengembangan bibit berbasis kelompok ini menjadi kegiatan awal untuk menghasilkan kualitas rumput laut dari Kabupaten Alor yang memenuhi standar industri,” jelas Saleh.
Selain itu, pihak UPTD dan Politani Kupang saat ini sedang melakukan pengujian terhadap kadar karaginan serta kualitas rumput laut di laboratorium yang bersertifikasi.
Menurut Saleh, Pulau Lapang dipilih sebagai lokasi penelitian karena termasuk dalam 75 Kampung Budidaya Maju khusus Rumput Laut yang telah ditetapkan oleh Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) RI.
Budidaya rumput laut juga dianggap sebagai kegiatan berbasis gender dan menjadi program unggulan di kawasan konservasi tersebut. Untuk mendukung program ini, KKP akan melaksanakan kegiatan tambahan melalui Program LAUTRA Insan Terangi yang dijadwalkan dimulai pada tahun 2025.
Sumber:
Pos Kupang