Metode rakit apung merupakan salah satu pilihan metode yang dapat diterapkan dalam budidaya rumput laut, seperti budidaya rumput laut Eucheuma cottonii.
Keunggulan dari metode ini terletak pada fleksibilitasnya dalam berbagai kondisi perairan dan kemudahan dalam pemeliharaan. Selain itu, terdapat pertimbangan lain yang dapat ditelaah terlebih dahulu sebelum menggunakan sistem ini.
Artikel ini akan membahas secara lengkap mengenai cara budidaya rumput laut sistem rakit apung, gambaran metodenya, pertimbangan, hingga tata cara teknis di lapangan.
Gambaran Metode Rakit Apung
Budidaya rumput laut dengan sistem rakit apung melibatkan penggunaan struktur terapung yang dirancang untuk mengapung di permukaan air.
Rakit ini dibuat dari bahan-bahan yang ringan namun kuat, seperti bambu atau pipa PVC, dan diikat membentuk kerangka persegi panjang.
Di bagian tengah rakit, terbentang sejumlah tali ris yang digunakan untuk menggantung bibit rumput laut. Masing-masing tali tersebut disusun sejajar dan diberi ikatan khusus yang disebut tali gabar, tempat bibit akan diikat.
Bentuknya menyerupai rakit biasa, hanya saja dilengkapi dengan sistem gantungan rumput laut yang memungkinkan bibit menggantung.
Beberapa komoditas yang dapat dibudidayakan dengan sistem ini yaitu Eucheuma cottonii dan Eucheuma spinosum.
Pertimbangan Memilih Metode Rakit Apung
Sebelum memilih cara budidaya rumput laut sistem rakit apung, beberapa aspek berikut dapat menjadi pertimbangan.
Perawatan Relatif Mudah
Jika dibandingkan dengan metode patok dasar, rakit apung memudahkan pembudidaya untuk memonitoring rumput laut yang berada di permukaan air.
Monitoring rutin diperlukan untuk menjaga rumput laut yang sedang dibudidayakan. Segala aktivitas seperti pengecekan hama, penggantian tali, hingga proses panen dapat dilakukan dari atas permukaan, sehingga meningkatkan efisiensi waktu dan tenaga.
Fleksibel pada Laut Berkarang
Berbeda dari metode patok dasar yang mengandalkan dasar laut datar dan berlumpur, metode rakit apung dapat digunakan di wilayah dengan dasar berkarang atau berbatu.
Oleh karena itu, metode ini dapat menjadi pilihan fleksibel untuk diterapkan di perairan dengan kriteria tersebut.
Relatif Tahan Arus
Jika ditambatkan dengan benar, struktur rakit dapat bertahan dari tekanan gelombang. Metode ini memberikan stabilitas lebih dibanding sistem long-line yang bergantung penuh pada kekuatan tali.
Metode ini menawarkan fleksibilitas untuk membudidayakan rumput laut di perairan yang bergelombang. jika dibandingkan dengan
Perlu Biaya dan Waktu Lebih
Metode ini memerlukan biaya awal yang lebih besar untuk membuat rakit, meliputi bambu, tali nilon, pelampung, hingga alat berat untuk pemasangan.
Pertimbangan tersebut dapat menjadi dasar untuk memilih metode ini yang perlu disesuaikan dengan kondisi lahan serta modal budidaya.
Cara Budidaya Rumput Laut Metode Rakit Apung
Berikut ini adalah tahapan teknis cara budidaya rumput laut sistem rakit apung dari awal hingga panen.
Pemilihan Lokasi
Lokasi ideal memiliki perairan tenang, terlindung dari ombak besar, tidak tercemar limbah, dan memiliki sirkulasi air yang baik. Kedalaman air sebaiknya antara 1 hingga 5 meter. Kualitas air harus memenuhi parameter seperti suhu 26–31°C, salinitas 30–35 ppt, pH 7–8, dan kecerahan minimal 50 cm.
Pembuatan Rangka
Berikut ini merupakan salah satu contoh rangka rakit apung berdasarkan penelitian Abdullah (2011) yang berjudul “Teknis Budidaya Rumput Laut Kappaphycus alvarezii) dengan Metode Rakit Apung di Desa Tanjung, Kecamatan Saronggi, Kabupaten Sumenep, Jawa Timur”.
Rangka rakit dibuat dari bambu berdiameter 10 cm sepanjang 10 meter (5 batang) dan lebar 7 meter (3 batang). Potongan bambu penyiku berdiameter 5–10 cm sepanjang 1,5–2 meter digunakan untuk memperkuat sudut dan sisi.
Tali nilon diameter 6 mm dipakai untuk mengikat struktur utama, sedangkan tali nilon 4 mm digunakan sebagai tali ris. Untuk penambatan, digunakan tali jangkar 15 mm dan batu pemberat ±30 kg di tiap sudut. Jumlah tali ris dalam satu rakit bisa mencapai 72 buah, dipasang sejajar dengan jarak ±14 cm antar tali.
Pemilihan dan Penanaman Bibit
Bibit yang digunakan berusia 20–30 hari, berwarna kemerahan, bercabang banyak dan segar. Setiap ikatan bibit seberat ±100 gram.
Bibit diikat pada tali gabar yang panjangnya sekitar 20 cm, dan tali gabar diikatkan pada tali ris dengan jarak antar ikatan 10 cm. Pengikatan dilakukan di darat, lalu tali ris dipasang ke rakit sebelum rakit ditarik ke lokasi budidaya di laut.
Pemeliharaan Rumput Laut
Pemeliharaan dilakukan pengecekan rutin terhadap kondisi bibit, tali ris, dan rakit. Hama seperti lumut dan organisme epifit lainnya harus dibersihkan secara manual.
Selain itu, pengukuran terhadap kualitas air juga diperlukan agar proses budidaya memiliki dasar data yang valid.
Panen Rumput Laut
Rumput laut dipanen setelah berumur sekitar 30-40 hari, atau saat beratnya mencapai empat kali lipat dari bibit awal (±500 gram per ikat). Proses panen dilakukan dengan menarik rangka rakit dan mengambil tali ris. Hasil panen kemudian dijemur selama 3–4 hari hingga mengering dan siap untuk proses lanjutan atau dijual.
Sumber gambar: Tanilogic