Sebuah startup asal Singapura berambisi untuk merevolusi sektor budidaya rumput laut di Asia Tenggara, dengan cara menciptakan model inovatif yang bisa mendukung seluruh rantai nilai.
Startup Sea Green mempunyai misi untuk meningkatkan rantai nilai akuakultur dari hulu ke hilir melalui pemanfaatan digital, kelembagaan, dan komersialisasi dari masyarakat pesisir. Beroperasi sesuai dengan prinsip-prinsip panduan SDGs PBB, perusahaan rintisan ini telah bekerjasama dengan masyarakat pesisir di Indonesia untuk mendorong pertumbuhan yang inklusif, memperkuat ketahanan pesisir, serta mengatasi keadaan darurat iklim dan ekologi.
Sea Green didirikan pada tahun 2020 setelah melalui studi riset internal yang dilakukan oleh mitranya dengan memetakan tantangan, peluang, dan risiko yang dihadapi industri rumput laut Indonesia saat ini.
Adapun tim pendirinya antara lain Fred Puckle Hobbs dan Paddy Tarbuck. Keduanya berpengalaman dalam manajemen keuangan dan isu-isu mengenai iklim dan sustainability. Keduanya juga tertarik untuk menilai seberapa besar potensi rumput laut dalam mengubah mata pencaharian masyarakat pesisir dan dampaknya terhadap lingkungan.
“Studi ini mengungkapkan bahwa pembudidaya rumput laut di Indonesia memiliki akses yang terbatas pada lembaga keuangan dan terlalu sering berhutang kepada pengepul, sehingga banyak diantara mereka yang hidup di bawah garis kemiskinan. Oleh karenanya, di situ terdapat kebutuhan yang mendesak untuk mengurangi risiko produksi dengan memfasilitasi investasi,” jelas Tarbuck, Direktur Research and Development Sea Green.
“Studi ini juga menunjukkan bahwa rantai pasok budidaya rumput laut tersebut tidak adil dengan tingkat kesenjangan yang kompleks yang membuat masalah semakin rumit dan sistemik. Sea Green hadir untuk menyeimbangkan kembali rantai pasok tersebut melalui dukungan struktur tata kelola yang dikombinasikan dengan pengembangan ekosistem digital berbasis blockchain yang dapat menjamin transparansi dan akuntabilitas secara lengkap.
“Hambatan utama lainnya bagi pembudidaya berkaitan dengan akses mereka terhadap peralatan yang modern dan benih yang berkualitas untuk meningkatkan kualitas produksi dan hasilnya. Dengan menjamin pasokan bibit yang berkualitas, tentu dapat membantu pembudidaya mengurangi prevalensi penyakit, yang pada akhirnya mampu meningkatkan manajemen risiko. Sementara penyediaan teknologi tepat guna, infrastruktur, dan program pengembangan keterampilan dapat meningkatkan ketahanan mereka terhadap mata pencahariannya dan mengurangi dampak buruk bagi lingkungan,” tambahnya.
Dalam programnya ini, Sea Green tidak bekerja sendiri, tetapi juga mengandalkan kerja sama yang saling menguntungkan dengan MARI Oceans – sebuah wadah pengembangan masyarakat yang dipimpin oleh Dodon Yamin, melalui pola kerja sama yang memungkinkan untuk memberi pembiayaan langsung dan menyediakan sistem yang diperlukan untuk mengoptimalkan aktivitas budidaya.
Jika MARI Oceans bersentuhan langsung dengan para pembudidaya, maka Sea Green berperan pada ekosistem digital di level regional dan global yang bertujuan memberi nilai tambah melalui akses terhadap pasar, layanan yang terintegrasi, dan wawasan berbasis data. Sehingga pembudidaya rumput laut yang bermitra dengan MARI Oceans dapat menjadi pengguna utama platform Sea Green ini.
Pendekatan Baru. Pendekatan yang dilakukan Sea Green ini cukup berbeda dari pola-pola kerja sama sebelumnya yang menitikberatkan pada ketertelusuran (traceability) produk rumput laut, dengan kata lain lebih fokus pada kebutuhan konsumen dari pada kebutuhan para pembudidayanya itu sendiri.
“Solusi-solusi baru sudah tersedia untuk komoditas lain di sektor akuakultur, sementara rumput laut masih belum memiliki infrastruktur yang dibutuhkan untuk membangun layanan yang memiliki nilai tambah dan dampak positif. Data adalah kunci untuk mengurangi risiko seluruh sektor dan memastikan konektivitas, transparansi, dan akuntabilitas rantai pasok,” jelas Puckle Hobbs, Chief Operating Officer Sea Green.
“Blockchain mampu menyediakan catatan lengkap yang tidak dapat diubah yang bisa mendukung semua data operasional (termasuk monitoring lingkungan, pelacakan kepemilikan, pembayaran online, dan keterlacakan produk). Sementara integrasi API mampu menyediakan konektivitas yang lebih luas dengan para stakeholder lainnya – termasuk bank, asuransi, investor, pedagang, unit pengolahan dan mitra pengembangan,” tambah Puckle Hobbs.
Adopsi teknologi dan layanan lainnya ini, menurut Sea Green, dapat membantu pembudidaya rumput laut untuk mengakses pasar baru, menambah sumber-sumber pendapatan baru, dan mengoptimalkan manajemen budidaya.
Interaksi dengan Pembudidaya. Meskipun Sea Green sangat mementingkan teknologi, tetapi ia juga menyadari pentingnya untuk tumbuh bersama para pembudidaya dengan tidak memaksakan solusi teknologi secara top-down (dari atas ke bawah). Terutama di area-area yang sudah puluhan tahun terbukti bisa produksi dengan baik dan dengan keuntungan yang baik juga.
“Saat ini kami bekerja sama dengan kelompok pembudidaya yang sudah sangat mapan di Bone, Sulawesi Selatan. Kami lihat di sana sudah cukup berkembang, ada sekitar 200 anggota pembudidaya dan keluarganya di bawah bendera MARI. Kita berencana untuk memperluas lokasi tambahan di seluruh negeri setelah tahun 2022,” jelas Tarbuck.
“Sea Green terus terlibat dan belajar dari komunitas pembudidaya mitra untuk memfasilitasi tambahan kebutuhan lainnya seperti keuangan mikro, bank plastik, dan proyek konservasi,” tambahnya.
Selain bekerja sama dengan para pembudidaya, Sea Green juga tengah mengonfirmasi kemitraan dengan perusahaan di bidang analisis kelautan, manajemen risiko, bioteknologi, dan platform solusi untuk memastikan mereka dapat memanfaatkan berbagai keahlian teknis yang diperlukan dalam mengembangkan ide-ide mereka.
Target yang Ambisius. Ke depan, para pendiri Sea Green memiliki ambisi untuk mengembangkan platform yang diadopsi secara internasional untuk menjamin produksi rumput laut yang aman dan berkelanjutan di seluruh dunia. Meskipun masih awal, mereka telah menetapkan target sebanyak 26 pengukuran dampak untuk 13 dari 17 tujuan SDGs PBB.
“Sea Green berusaha menyeimbangkan fondasi sosial dengan pendekatan ekologis. SDGs menyediakan kerangka kerja unik yang dengannya kami dapat mengomunikasikan peran kami secara efektif, dengan fokus utama pada pengentasan kemiskinan dan pertumbuhan yang adil bagi masyarakat pesisir, mencapai netralitas karbon dan penciptaan sistem budidaya terpadu yang bisa meningkatkan keanekaragaman hayati dan memulihkan ekosistem,” jelas Tarbuck.
Sea Green menyadari bahwa ini adalah ambisi yang tinggi, tetapi mereka sangat yakin bahwa visi dan dampaknya dapat dipercepat melalui kolaborasi dan inovasi.
“Kita membutuhkan kolaborasi transnasional dan lintas sektor serta dukungan legislatif dan peraturan pemerintah untuk memastikan pembangunan industri rumput laut dapat berkelanjutan secara global. Penting juga untuk terhubung dengan mitra di bagian hilir, khususnya mereka yang tertarik menggunakan rumput laut untuk mengembangkan rantai pasokan mereka secara berkelanjutan,” ujar Puckle Hobbs.
Penggalangan Dana. Baik Sea Green maupun MARI Oceans saat ini sudah mendanai sendiri aktivitasnya, Namun demikian mereka juga sedang melakukan peningkatan modal untuk meningkatkan program inisiatif mereka.