Rumput laut merupakan salah satu tumbuhan laut yang banyak hidup di perairan Indonesia. Budi daya rumput laut memiliki potensi besar untuk terus dikembangkan.
CV Cipta Inovasi Perkasa sebagai salah satu penerima skema Pendanaan Riset dan Inovasi untuk Indonesia Maju (RIIM) Startup Tahun 2024, bermitra dengan Pusat Riset Perikanan Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) mengembangkan varian teknologi Jaring Alga (JaGa) rumput laut untuk solusi budi daya rumput laut yang lebih baik.
Komisaris CV Cipta Inovasi Perkasa Muhammad Ridha Jamil menyampaikan, salah satu persoalan serius dalam budi daya rumput laut adalah serangan hama ikan herbivora dan penyu.
“Saat ini, budi daya rumput laut yang dilakukan oleh masyarakat sangat sederhana, hanya menggunakan tali bentangan atau longline semi terbuka. Metode ini memberikan kesempatan bagi ikan dan penyu untuk memakan rumput laut,” katanya, saat ditemui Humas BRIN pada kegiatan Indonesia Research and Innovation Expo (InaRI Expo) 2024, di Kawasan Sains dan Teknologi Soekarno, Cibinong, 8-11 Agustus 2024.
“Meskipun ikan tidak memakan 100 persen rumput laut, namun akan membuat sebagian rumput laut patah. Hingga akhirnya jatuh ke laut yang membuat produksi menurun,” lanjutnya.
Persoalan lainnya dalam budi daya rumput laut menurut Ridha adalah penempelan tumbuhan pelekat pada thalus rumput laut, sehingga rumput laut terlihat sangat kotor dan terganggu pertumbuhannya.
Ridha lantas menjelaskan tentang teknologi Jaring Alga (JaGa), dimana JaGa didesain dari bahan jaring yang mudah untuk digunakan dan lebih murah. JaGa didesain dengan pipa paralon dan jaring sehingga mudah dioperasikan, yaitu dengan hanya mengaitkan sisi atas alat pada tali.
“Dengan menggunakan teknologi JaGa, rumput laut yang patah akan tetap jatuh di dalam jaringnya dan membuat rumput laut dapat recovery untuk tetap tumbuh. Dengan demikian, peluang untuk produksi rumput laut sangat besar, dapat mencapai 300 persen,” bebernya.
“Waktu panen pun lebih cepat, yaitu 20 hari sudah panen dibandingkan dengan alat tradisional yang memakan waktu 40 hingga 45 hari untuk panen. Tentu saja ini akan meningkatkan pendapatan nelayan rumput laut,” imbuhnya.
Menurut Ridha, teknologi JaGa adalah inovasi teknologi budi daya rumput laut yang menjadi salah satu solusi terbaik dalam melindungi budi daya rumput laut dari berbagai serangan hewan laut, serta menjaga rumput laut tetap bersih dari berbagai penempelan tumbuhan pengganggu.
Direktur CV Cipta Inovasi Perkasa Rahmat Fitria menambahkan, teknologi JaGa memiliki empat varian yang dapat digunakan untuk berbagai topografi pantai.
“Varian horinet didesain untuk kawasan yang berarus deras, sedangkan varian vertikal dan basket untuk daerah tenang seperti teluk,” tuturnya.
Rahmat menyampaikan, pihaknya telah melakukan sosialisasi kepada nelayan rumput laut, khususnya di wilayah Sulawesi Tenggara bekerja sama dengan Dinas Perikanan setempat.
“Kendala kami adalah pemasaran. Kami harus cukup masif memberikan demo ke lapangan, memberikan percontohan agar nelayan mau menggunakan teknologi ini. Nelayan tidak mau menggunakan sebelum melihat keberhasilan teknologi ini digunakan di daerah lain,” jelas Rahmat.
Rahmat berharap, BRIN dapat terus mendukung pihaknya dalam mengembangkan teknologi ini agar dapat digunakan secara luas.
“Kami sebagai perusahaan pemula berharap, BRIN dapat terus mendukung untuk melakukan komersialisasi kepada mitra kami. Semoga pendanaan riset ini dapat berlanjut di tahun kedua. Kerja sama ini pun dapat terus berjalan, agar alat kami dapat terus berkembang dan bisa di gunakan di seluruh indonesia,” harapnya.
Dalam kesempatan yang sama, salah satu pengunjung, Lalu Suryadi dari Badan Riset dan Inovasi Daerah (BRIDA) Nusa Tenggara Barat menyatakan tertarik untuk mengaplikasikan teknologi JaGa ini di wilayahnya.
“Nusa Tenggara Barat memiliki potensi rumput laut. Alat ini pun praktis, sehingga masyarakat berpendidikan rendah pun dapat menggunakannya,” ujarnya.
Menurutnya, alat ini sebagai alternatif inovasi yang tidak hanya mendukung produktivitas rumput laut, namun sebagai media untuk menjadikan pantai tertata lebih rapi.
“Saya rasa alat ini sangat inovatif dan tempatnya kelihatan cantik. Selama ini, masyarakat banyak menggunakan tali jaring-jaring, sehingga mengganggu arus. Karena laut tidak hanya untuk budi daya rumput laut, namun juga untuk kepentingan lain,” kata Lalu.
Dia berharap, agar BRIN dapat lebih banyak bekerja sama dan mendukung para start up, sehingga akan meningkatkan iklim untuk terus berinovasi di Indonesia.