Rumput laut merupakan salah satu produk unggulan Indonesia dan berperan sebagai sumber devisa negara dan sumber pendapatan bagi masyarakat daerah pantai. Rumput laut tumbuh hampir di seluruh bagian hidrosfer sampai batas kedalaman 200 meter. Rumput laut ada yang hidup di daerah tropis, subtropis, dan perairan dingin. Budidaya rumput laut merupakan salah satu jenis budidaya di bidang perikanan yang mempunyai peluang untuk di kembangkan di wilayah perairan Indonesia.
Pusat penyebaran rumput laut diantaranya di Perairan Sulawesi Tenggara, Sulawesi Tengah, Pulau Bali, Pulau Sumbawa, Pulau Sumba dan Perairan Kepulauan Maluku. Selain merupakan salah satu sumber daya hayati, rumput laut memiliki potensi kandungan bahan pangan dan bahan farmasi yang cukup potensial dan merupakan komoditi yang bernilai ekonomis karena sangat dibutuhkan oleh manusia serta sering digunakan sebagai bahan baku industri, juga merupakan salah satu sumber devisa negara dan sumber pendapatan bagi masyarakat pesisir.
Langkah-langkah yang dilakukan dalam proses pasca panen rumput laut adalah sebagai berikut :
1. Pemanenan
Rumput laut yang sudah siap panen yang dibudidayakan dengan metode rumpon (tali), dipanen dengan cara menarik rumpon ke pinggir pantai. Rumput laut dilepas dari ikatannya, dipetik pucuknya untuk ditanam kembali, diikat lagi pada rumpon sebagai tanaman baru. Umur panen yang optimum adalah 40-45 hari, hal ini sangat disarankan karena pada umur tersebut kandungan karagenannya sangat optimum. Pemanenan sebaiknya dilakukan mulai siang hari.
2. Pencucian dan Perendaman
Hasil panen dicuci air laut untuk menghilangkan kotoran yang melekat seperti lumpur, garam, dan lain lain, sehingga rumput laut menjadi bersih. Selanjutnya rumput laut langsung direndam larutan alkali KOH 0,1% sampai terendam dan dibiarkan kontak dengan alkali semalaman. Tujuan perendaman dengan menggunakan larutan alkali adalah untuk mendapatkan karagenan yang maksimal. Tahapan selanjutnya, pagi harinya rumput laut diangkat dan dicuci dengan air tawar sampai bersih dan netral.
3. Pengeringan dan Sortasi
Rumput laut yang sudah netral dikeringkan dengan penjemuran, dapat dilakukan di sekitar pantai sampai mencapai kekeringan tertentu (optimum) biasanya 20-30%. Alas pengering yang sederhanan adalah dengan bahan plastik, agar cepat kering dan lebih bersih, dapat pula dengan pengeringan solar yang dipadu kompor dan untuk menjaga mutu pengeringan harus dikeringkan di atas para para.
4. Pengemasan dan Penyimpanan
Setelah rumput laut kering, dilakukan pengemasan dengan karung net atau plastik. Untuk lebih efisien tempat rumput laut kering dapat dipress (cetak) menjadi bentuk kotak-kotak padat per kilogram atau 5 kg sehingga pengemasan selanjutnya menjadi lebih efisien dalam kotak-kotak kayu dan dijaga agar sirkulasi udara baik. Hal ini disebabkan apabila sirkulasi udara dalam ruangan dan kemasan tidak baik, maka akan terjadi proses fermentasi, rumput laut menjadi apek dan timbul kapan atau jamur yang akibatnya akan menurunkan mutu rumput laut.
Produksi dan mutu rumput laut terutama kandungan karaginannya sangat ditentukan oleh teknik dan lokasi budidaya, bibit serta umur panen. Teknik budidaya yang sesuai (misalnya jarak tanam dan kedalaman bibit) dalam perairan akan menghasilkan rumput laut dengan produktivitas tinggi. Pemanenan dini dan pemanenan tertunda akan menurunkan jumlah dan kualitas produksi rumput laut. Lokasi budidaya berhubungan dengan ketersediaan hara, arus, gelombang laut dan cahaya. Hara yang tersedia, arus, pergerakan massa air yang cukup, salinitas, temperatur dan pencahayaan yang sesuai, akan mengakibatkan rumput laut dapat tumbuh dengan baik dan menghasilkan produksi dan produktivitas yang tinggi.
Keberhasilan produksi rumput laut dapat dicapai dengan mengoptimalkan faktor pendukung dalam budidaya laut. Faktor pendukung tersebut antara lain pemilihan lokasi budidaya yang tepat, penggunaan jenis yang bermutu baik, teknik atau metode budidaya yang tepat, serta panen dan pasca panen. Salah satu faktor keberhasilan suatu usaha budidaya adalah pemilihan lokasi.
Ada beberapa hal yang harus diperhatikan dalam penentuan lokasi budidaya, antara lain faktor utama dan faktor pendukung. Faktor utama meliputi faktor resiko (lokasi terlindungi, aman dari gangguan pencurian dan sabotase serta konflik kepentingan, dan tidak pada jalur pelayaran), faktor kemudahan (sarana transportasi, sarana budidaya, pemasaran hasil panen, dan tenaga kerja dari daerah sekitar), dan faktor ekologi (aliran arus yang baik, yaitu 20-40 cm/detik, dasar perairan berupa pecahan karang, pasir kasar, kedalaman air antara 30-60 cm pada waktu surut, salinitas 28-35 ppt, kecerahan air ideal 1 m, terhindar dari limbah pencemaran, suhu air 26-30°C, pH 7,3-8,2, jauh dari sumber air tawar, bibit mudah didapatkan. Faktor pendukung meliputi musim, manajemen, dan tata letak.
Artikel ini pertama kali dipublikasikan oleh Jasuda. Ketepatan informasi di dalamnya di luar tanggung jawab Seaweednetwork.