Indonesia kembali mencatatkan prestasi gemilang di panggung internasional melalui produk hasil lautnya.
Dalam ajang The 26th Japan International Seafood and Technology Expo (JISTE) 2024 yang berlangsung di Tokyo Big Sight, Jepang, pada 21-23 Agustus, produk perikanan Indonesia berhasil membukukan potensi transaksi senilai USD 35,8 juta atau setara dengan Rp 557 miliar.
Lebih dari setengah transaksi yang tercatat berasal dari produk rumput laut dan telur ikan terbang (dried flying fish roe).
Direktur Jenderal Pengembangan Ekspor Nasional, Kemendag, Mardyana Listyowati, menegaskan bahwa Jepang merupakan salah satu pasar utama bagi produk perikanan Indonesia.
Selama tiga tahun terakhir, Jepang konsisten menjadi negara tujuan ekspor terbesar ketiga untuk komoditas perikanan Indonesia.
“Keikutsertaan Indonesia dalam pameran ini diharapkan semakin memperkuat posisi produk perikanan kita dan mendorong peningkatan ekspor ke Jepang,” ujar Mardyana dalam keterangan pers, Rabu (28/8).
Ia juga menambahkan bahwa pameran ini menjadi momen penting bagi Indonesia untuk menyosialisasikan tarif preferensi baru yang diatur dalam perubahan protokol Indonesian-Japan Economic Partnership Agreement (IJEPA), yang baru saja ditandatangani pada 8 Agustus 2024.
Rumput Laut dan Telur Ikan Terbang Jadi Primadona
Salah satu produk yang paling banyak diminati dalam pameran ini adalah rumput laut.
Menurut Mardyana, rumput laut dari Indonesia akan diekstraksi dan digunakan oleh perusahaan Jepang sebagai bahan baku dalam berbagai produk turunan, mulai dari makanan, farmasi, kosmetik, hingga tekstil. Selain itu, rumput laut juga dimanfaatkan untuk pakan ternak.
Selain rumput laut, telur ikan terbang (dried flying fish roe) juga mendapat perhatian khusus.
Telur ikan terbang ini dikenal sebagai bahan masakan khas Jepang, dan menjadi salah satu produk unggulan yang berhasil menarik minat pengunjung.
Perkuat Kerja Sama dengan Jepang
Direktur Pengembangan Ekspor Produk Primer, Miftah Farid, menambahkan bahwa partisipasi Indonesia di JISTE 2024 merupakan langkah konkret dalam mempertahankan kerja sama dengan mitra-mitra di Jepang.
"Pada pameran JISTE 2024, Paviliun Indonesia memfasilitasi sembilan pelaku usaha yang menampilkan beragam produk unggulan seperti udang, gurita, cumi-cumi, kepiting, ikan tuna, dan produk rumput laut," ujar Miftah.
Miftah juga menekankan bahwa produk-produk laut Indonesia tidak hanya diminati oleh industri restoran, tetapi juga oleh sektor ritel yang langsung menjual ke konsumen akhir, mengingat tingginya konsumsi makanan laut di Jepang.
Pameran Internasional dengan Ribuan Pengunjung
JISTE 2024, yang merupakan pameran tahunan berkonsep business-to-business (B2B), dihadiri oleh sekitar 25.000 pengunjung dari berbagai negara.
Pameran ini menampilkan lebih dari 1.000 stan dan diikuti oleh 15 negara partisipan, termasuk Amerika Serikat (AS), Norwegia, Kanada, Jerman, dan Vietnam.
Wakil Duta Besar RI untuk Jepang, Maria Renata Hutagalung, dalam sambutannya menyampaikan apresiasi atas antusiasme para pelaku usaha yang datang langsung dari Indonesia untuk mempromosikan produk perikanan berkualitas dari Tanah Air.
Eksportir Indonesia Siap Bersaing di Pasar Internasional
Pada periode Januari—Juni 2024, ekspor produk perikanan Indonesia ke Jepang tercatat sebesar USD 194,5 juta, dengan angka ekspor pada tahun 2023 mencapai USD 463,5 juta.
Produk-produk utama yang diekspor antara lain udang, cakalang, tuna, kepiting, dan moluska. Tren ekspor ini tumbuh sebesar 1,7 persen selama periode 2019—2023.
Dengan persaingan ketat dari negara eksportir lain seperti Chile, Tiongkok, dan Amerika Serikat, Indonesia tetap optimistis dapat terus meningkatkan ekspornya ke Jepang, mengingat potensi besar dan daya saing produk perikanan Indonesia di pasar internasional.
Keberhasilan Indonesia dalam pameran JISTE 2024 merupakan hasil kolaborasi yang solid antara berbagai pihak, termasuk Direktorat Jenderal Pengembangan Ekspor Nasional Kemendag RI, perwakilan perdagangan di Jepang, dan Kedutaan Besar Republik Indonesia di Tokyo.
Produk perikanan Indonesia diharapkan dapat dikelola secara berkelanjutan (sustainable) dan dapat ditelusuri (traceable) untuk terus bersaing di pasar global. (SG-2)
Artikel ini pertama kali dipublikasikan oleh Sokoguru. Ketepatan informasi di dalamnya di luar tanggung jawab Seaweednetwork.