KKP: Rumput Laut Bisa Jadi Jawaban Atas Persoalan Limbah Plastik Hingga Perubahan Iklim

3 years ago

Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) mengajak para pelaku usaha rumput laut menangkap peluang dari tingginya permintaan komoditas ini. Terlebih rumput laut juga menjadi jawaban terhadap sejumlah persoalan global seperti limbah plastik serta perubahan iklim.

 

Direktur Jenderal Penguatan Daya Saing Produk Kelautan dan Perikanan (PDSPKP), Artati Widiarti mengungkapkan, inovasi menjadi kata kunci dalam pengembangan produk turunan rumput laut. Dia pun menyontohkan rumput laut hadir dengan bioplastic sebagai pengganti kemasan plastik.

 

Bahkan dalam penelitian mutakhir yang dipublikasikan di PLoS ONE Journal, Maret lalu menyebutkan pemanfaatan rumput laut jenis Asparagopsis taxiformis dalam pakan ternak ruminansia seperti sapi, mampu mengurangi emisi gas metana.

 

"Ketika dunia menempatkan climate change sebagai isu utama, pelaku usaha bisa mem-branding rumput laut sebagai tanaman yang mampu menyerap CO2," terang Artati saat membuka Webinar tentang rumput laut, di Jakarta, Selasa (27/7/2021).

 

Dalam seminar daring bertajuk "Mendulang Rupiah dari Produk Inovasi Berbasis Rumput Laut,” Artati menegaskan rumput laut merupakan salah satu sumber daya hayati yang sangat melimpah di perairan Indonesia. Jumlahnya mencapai 8,6% dari total biota di laut. Sementara luas wilayah habitat rumput laut di Indonesia mencapai 1,2 juta hektare atau terbesar di dunia.

 

"Kemelimpahan sumber daya hayati rumput laut ini tentunya merupakan anugerah bagi Bangsa Indonesia yang dapat didayagunakan sebagai penggerak ekonomi nasional, penyedia lapangan kerja, penghasil devisa serta menjadi sumber pangan dan gizi nasional," tegasnya.

 

Adapun Direktur Pemasaran Ditjen PDSPKP, Machmud menjelaskan bahwa saat ini pemanfaatan rumput laut untuk konsumsi manusia menyumbang lebih dari 77% dari keseluruhan pangsa pasar global. Kebutuhan diproyeksikan meningkat di masa mendatang karena perubahan lifestyle kebiasaan makan yang sehat, dan meningkatnya populasi penduduk. Selain itu, permintaan pasar rumput laut diprediksi mencapai USD23,04 miliar pada tahun 2027.

 

"Peningkatan permintaan terjadi karena meningkatnya permintaan rumput laut untuk industri pangan, pakan, obat-obatan dan kosmetik," terang Machmud.

 

Sebagai bentuk dukungan, Machmud memastikan pemerintah telah melakukan langkah serius dalam pengembangan industri rumput laut nasional melalui Perpres 33/2019. Langkah penguatan industri rumput laut nasional diimplementasikan dalam beberapa program, diantaranya penelitian pengembangan budidaya jenis (spesies dan/atau varietas) baru, inovasi teknologi produk setengah jadi dan produk akhir, serta pasar produk rumput laut nasional dan global.

"Ketika trend healthy food meningkat di komunitas dunia, rumput laut hadir menjadi opsi plant-based food bahkan menjadi superfood," papar Machmud.

 

Tak hanya untuk makanan, saat ini rumput laut sudah dikembangkan pemanfaatannya sebagai bahan baku pembuatan cangkang kapsul dalam bidang farmasi. Sebagaimana disampaikan oleh Dr. Heri Purwoto, peneliti dari BPPT bahwa rumput laut berpotensi menggantikan gelatin yang selama ini menjadi bahan baku cangkang kapsul. “Rumput laut bisa mengurangi penggunaan gelatin untuk pembuatan cangkang kapsul yang sebagian besar masih diimpor. Kapsul rumput laut ini juga bisa menjadi pilihan bagi masyarakat yang tidak bisa mengonsumsi produk produk hewani,” terang Purwoto.

 

Sedangkan Jamal Basal, peneliti dari BRSDM KP KKP menyebutkan bahwa rumput laut dari jenis Sargassum bisa digunakan sebagai aditif pakan alami hewan karena kaya nutrisi seperti asam amino, vitamin, unsur hara mikro dan makro serta beberapa zat aktif yang baik untuk pertumbuhan.

 

“Sargassum yang ditambahkan dalam pakan ternak bisa menaikkan tingkat pemanfaatan pakan, mengatur metabolisme, meningkatkan daya tahan tubuh dan daya penyakit serta baik untuk pertumbuhan ternak,” ungkap Jamal.

 

Sebelumnya, Menteri Kelautan dan Perikanan Sakti Wahyu Trenggono menyebut pentingnya penerapan ekonomi biru dengan memanfaatkan sumber daya kemaritiman secara berkelanjutan. Menurutnya, penerapan ekonomi biru yang didukung penguatan riset akan baik bagi kemaslahatan umat manusia.

 

"Blue economy (ekonomi biru) itu untuk kemaslahatan umat manusia. Laut itu kehidupan. Kesehatan laut itu penting, karena jika laut sehat, lingkungan sehat," kata Menteri Trenggono.

 

Sumber: https://pressrelease.kontan.co.id/release/kkp-rumput-laut-bisa-jadi-jawaban-atas-persoalan-limbah-plastik-hingga-perubahan-iklim?page=all

Our Partners
Supported By