Prabowo Subianto dan Gibran Rakabuming Raka bakal dilantik sebagai presiden dan wakil presiden RI periode 2024–2029 pada 20 Oktober nanti.
Dalam berbagai kesempatan, Prabowo menegaskan dirinya ingin langsung bekerja, termasuk menunaikan janji-janji kampanye yang terangkum dalam 17 program prioritas dan delapan program hasil terbaik cepat.
Dari 17 program tersebut, salah satunya menyangkut hilirisasi. Prabowo berjanji melanjutkan hilirisasi dan industrialisasi berbasiskan sumber daya alam (SDA) dan maritim untuk membuka lapangan kerja yang seluas-luasnya dalam mewujudkan keadilan ekonomi
Pemerintahan Prabowo-Gibran berjanji melanjutkan program hilirisasi dan industrialisasi karena diyakini akan meningkatkan nilai tambah, lapangan pekerjaan, dan efek pengganda lainnya. Upaya hilirisasi itu bakal dilakukan dengan memastikan ada transfer teknologi, pengembangan SDM lokal, dan menjaga lingkungan.
Salah satu yang akan jadi prioritas adalah hilirisasi rumput laut. Terkait hal ini, Vice President Program Konservasi Indonesia, Fitri Hasibuan menjelaskan, Indonesia kaya akan sumber daya laut termasuk rumput laut.
"Pengolahan diperlukan untuk optimalisasi produksi dan meningkatkan pendapatan petani rumput laut, namun kapasitas sumber daya manusia, dan juga infrastruktur pendukung, perlu dipersiapkan," kata Fitri kepada KONTAN, Kamis (17/10/2024).
Lebih dari 70% luas Indonesia adalah laut dengan 12 juta hektare (ha) dialokasikan untuk budidaya. Namun dengan segala keunggulan yang dimiliki, produksi rumput laut Indonesia masih belum optimal.
Saat ini budidaya rumput laut baru mencapai 102.000 ha atau 0,8%-nya saja. Lebih dari 60% ekspor rumput laut masih dalam bentuk mentah atau rumput laut kering, dengan hilirisasi yang terbatas.
Dengan luas lautan mencapai 6.400.000 kilometer persegi (km2), garis pantai membentang sepanjang 110.000 km, dan dukungan iklim tropis, perairan Indonesia menjadi habitat yang sesuai untuk pertumbuhan berbagai jenis rumput laut.
Tak heran, sedikitnya ada 555 jenis rumput laut yang bisa tumbuh dengan baik di perairan Indonesia. Salah satunya, adalah jenis Euchema cottoni yang bernilai ekonomi tinggi dan menjadikan Indonesia sebagai salah satu pemasok utama di pasar dunia.
Pada 2024, Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) sudah menetapkan target produksi perikanan budi daya sebanyak 24,85 juta ton, dengan target sebanyak 12,3 juta ton dibidik dari produksi rumput laut secara nasional.
Menurut Fitri, hilirisasi akan memiliki dampak positif terhadap ekonomi masyarakat jika dikembangkan dengan tepat. Namun demikian, aspek lingkungan khususnya kondisi terumbu karang dan ekosistem penting lainnya seperti lamun, mangrove, serta kualitas air perlu dipertimbangkan.
"Oleh karena itu, hilirisasi ini harus dibangun dengan mempertimbangkan aspek keberlanjutan, di mana aspek lingkungan, ekonomi dan sosial menjadi pilar utama," katanya.
Agar hilirisasi rumput laut tidak merugikan petani juga ekosistem lingkungan, Fitri menyebutkan, kebijakan berbasis sains atau ilmu pengetahuan menjadi fondasi yang sangat penting.
Sebagai contoh, data dan informasi tentang kondisi ekosistem laut termasuk terumbu karang, mangrove, lamun dan lainnya, perlu dijadikan acuan dalam kebijakan pengembangan dan perluasan industri rumput laut. "Diharapkan ekosistem penting ini dilindungi dan dihindari dari area prioritas pengembangan rumput laut," terang dia.
Mengenai peta jalan hilirisasi rumput laut, Fitri bilang, masih dalam proses penyusunan. "Informasi yang kami terima, peta jalan ini masih disusun oleh Bappenas. Diharapkan peta jalan ini disusun dengan mempertimbangkan berbagai aspek (yang menyeluruh) termasuk aspek sosial, budaya dan lingkungan," imbuhnya.
Artikel ini pertama kali dipublikasikan oleh Kontan. Ketepatan informasi di dalamnya di luar tanggung jawab Seaweednetwork.