Peningkatan produksi rumput laut indonesia saat ini pada kenyataannya belum diimbangi dengan peningkatan kualitas hasil produksi, dimana hasil produksi rumput laut yang berasal dari pembudidaya belum sepenuhnya memenuhi standar kualitas yang diinginkan oleh industri pengolah antara lain mencakup umur panen, dan perlakukan panen yang masih belum mempertimbangankan standar mutu.
Salah satu langkah yang perlu segera dilakukan adalah memberikan pengetahuan dan membangun kesadaran tentang pentingnya perlakuan panen dan secara benar yang mempertimbangkan efektifitas, efisiensi dan jaminan kualitas produksi yang dihasilkan, sehingga secara langsung akan mendorong keberlanjutan Industri pengolah sudah barang tentu akan menjamin keberlangsungan kegiatan usaha pembudidaya rumput laut.
A. Menentukan Alokasi Waktu Panen
Penentuan waktu panen merupakan faktor penting untuk menjaga kualitas rumput laut, baik rumput laut yang akan digunakan untuk bibit maupun untuk produk panen basah. Kualitas rumput laut tidak hanya ditentukan oleh faktor teknis budidaya pada saat proses produksi, namun ditentukan juga oleh umur panen, cara dan perlakuan pada saat panen serta keadaan cuaca pada saat melakukan pemanenan.
Rumput laut Eucheuma cottoni telah siap panen apabila telah memasuki umur panen 40-45 hari setelah penanaman. Sedangkan panen untuk kebutuhan bibit dilakukan pada saat memasuki umur 25-30 hari. Panen produk basah yang dilakukan kurang dari 40 hari akan menghasilkan rumput laut dengan kualitas yang rendah, hal ini dikarenakan kandungan karaginan maupun kekuatan gel (gel strength) yang terdapat didalam rumput laut rendah sedangkan kandungan kadar air masih tinggi.
Kondisi tersebut tentunya tidak dikehendaki oleh pihak industri pengolah rumput laut, sehingga secara langsung akan menurunkan posisi tawar produk atau bahkan tidak dibeli sama sekali. Sedangkan rumput laut Gracilaria spp dilakukan panen pada saat mencapai umur 60 hari, usia panen tersebut dinilai telah mempunyai kandungan agar yang optimal dibanding usia dibawah 60 hari.
Keberhasilan dari kegiatan budidaya rumput laut dapat dinilai dari jumlah dan kualitas rumput laut yang dipanen. Perlu diperhatikan pula bahwa saat panen yang tepat yang berhubungan dengan tindakan selanjutnya yaitu teknis pengeringan adalah bahwa kegiatan pemanenan rumput laut harus dilaksanakan pada saat cuaca cerah sehingga pengeringan dapat dilaksanakan dengan baik. Apabila kegiatan budidaya dan pemanenan dilakukan dengan memperhatikan persyaratan teknis tersebut, maka dapat diharapkan hasil panen rumput laut akan memuaskan dengan kuantitas dan kualitas yang tinggi.
Faktor lain yang juga menentukan kualitas adalah teknik panen, penanganan saat dan sesudah panen dan keadaan cuaca. Saat panen sebaiknya dilakukan pada pagi hari sehingga rumput laut akan cepat dapat dijemur untuk mengurangi kadar airnya, hal ini dilakukan untuk menghindari kerusakan saat disimpan sebelum diteruskan untuk dijemur pada hari berikutnya
Sebelum melakukan proses pemanenan terlebih dahulu perlu diperhitungkan mengenai alokasi waktu yang dibutuhkan untuk melakukan panen per unit budidaya atau disesuaikan dengan target kapasitas produksi yang akan dipanen. Efektifitas dan efesiensi kerja pada saat proses pemanenan perlu menjadi perhatian, selain dalam rangka menjaga kualitas produk (panen basah maupun bibit) juga dalam rangka menekan biaya operasional panen, hal ini biasanya kegiatan panen membutuhkan tenaga dari luar, sehingga perhitungan kemampuan tenaga kerja untuk melakukan panem perlu mendapat perhatian.
Rencana Kegiatan panen
Rencana kegiatan pemanenan untuk tiap-tiap unit budidaya perlu dibuat, hal ini dalam rangka upaya kontrol terhadap kualitas produk terutama usia tanam. Selama proses kegiatan budidaya hendaknya dilakukan pencatatan secara terprogram dengan membuat table pencatatan yang mencakup rencana kegiatan pemanenan antara lain : kode unit, luas lahan per unit, metode budidaya, tanggal tanam, jenis rumput laut, bibit (umur bibit awal, berat bibit per rumpun, jumlah bibit per unit), tanggal panen, produksi (target produksi dan realisasi produksi).
Melalui pencatatan yang dilakukan secara terprogram, maka pembudidaya akan dengan mudah untuk menentukan lahan/unit budidaya mana yang telah siap dilakukan pemanenan sesuai standar kualitas produk hasil panen basah sebagaimana yang dikehendaki pihak industri/pasar. Lahan/unit budidaya yang harus segera dipanen adalah yang telah memasuki usia panen yaitu 45 hari sejak penanaman awal.
Dalam menentukkan usia panen tersebut tentunya melalui perhitungan sebagaimana yang tercantum dalam rekaman/catatan yang dibuat sebelumnya. Catatan/rekaman yang mencakup didalamnya rencana kegiatan panen merupakan bagian yang sangat penting dalam rangka keperluan telusur terhadap jaminan kualitas produk rumput laut yang dihasilkan dari pembudidaya.
B. Memilih Metode Pemanenan
Metode pemanenan harus dipilih dengan memperhatikan aspek efisiensi dan efekifitas kerja dan dilaksanakan secara efesien sehingga pelaksanaan pemanenan dapat dilakukan dengan cepat tanpa mengurangi prinsip-prinsip yang berlaku untuk mempertahankan mutu produk.
Dalam hal ini perlu mempertimbangkan mengenai teknik pemaenan antara panen untuk pembibitan dengan panen untuk produk basah siap jemur. Ada beberapa metode pemanenan yang telah terbiasa dilakukan oleh para pembudidaya di beberapa daerah, antara lain sebagai berikut :
1. Metode pemanenan sebagian (pruning)
Metode pemanenan dengan melakukan pemotongan sebagian rumput laut dengan memisahkan cabang-cabang dari tanaman induknya. Cara panen ini dilakukan dilokasi budidaya (di laut) yaitu dengan melakukan seleksi terhadap thallus yang siap dipanen serta menyisakan dan membiarkan thallus/cabang lain pada tanaman induk untuk kebutuhan bibit. Cara ini bisa menghemat tali pengikat bibit sedangkan kekurangan metode panen seperti ini adalah membutuhkan waktu yang relative lama sehingga kurang efisien, selain itu cara ini akan menyebabkan rumput laut yang disisakan pada tanaman induk mengalami pertumbuhan yang lambat, sehingga kualitasnya kurang baik. Dengan demikian metode panen ini kurang dianjurkan jika melihat aspek efektifitas dan efisiensi
2. Metode pemanenan total (full harvest)
Cara ini dengan melakukan pelepasan tanaman rumput laut dari tali ikat dengan jalan memotong tali ikat atau melepaskan ikatan tali. Kegiatan pemanenan pada metode ini dilakukan di darat atau dipinggir pantai pada tempat yang teduh (tidak terkena sinar matahari langsung). Kelebihan cara ini adalah membutuhkan waktu kerja yang tidak terlalu lama sehingga efisien, selain itu dapat dengan mudah melakukan seleksi terhadap thallus yang masih muda untuk keperluan bibit sehingga secara langsung dapat dilakukan penanaman kembali dengan laju pertumbuhan yang baik. Sedangkan kekurangannya tali pengikat bibit perlu diganti setiap kali panen.
C. Menyiapkan Peralatan Pemanenan
Sebelum melakukan tahapan proses pemanenan, terlebih dahulu perlu menyiapkan peralatan dan sarana yang akan digunakan untuk kegiatan pemanenan. Penyiapan alat dan sarana panen harus mempertimbangkan efektifitas dan efisiensi, sehingga kegiatan pemanenan akan memenuhi capaian sebagaimana yang telah ditargetkan dalam rencana kerja kegiatan pemanenan. Peralatan pemanenan juga perlu mempertimbangkan bagaimana hasil produksi mampu dipertahankan dari sisi kualitas/mutu sesuai standar yang dikehendaki pihak industri.
Persiapan peralatan dan sarana panen dilakukan dalam rangka menjaga kelancaran pemanenan dan menjaga kulaitas mutu hasil produksi panen. Kebutuhan peralatan dan sarana panen pada budidaya E. cottoni dan Gracilaria spp pada prinsipnya sama. Beberapa peralatan dan sarana panen yang perlu dipersiapkan, diantaranya sebagai berikut :
- Keranjang berukuran sedang, digunakan sebagai tempat hasil panen rumput laut siap jemur dan untuk menampung hasil seleksi bibit yang akan ditanam kembali.
- Perahu/sampan, digunakan untuk mempermudah proses pemanenan di laut dan digunakan untuk mengangkut hasil panen.
- Pisau, digunakan untuk memotong tali raffia (pengikat rumput laut) serta digunakan untuk memotong thallus pada saat proses seleksi rumput laut siap jemur dengan rumput laut yang akan dibibitkan kembali.
- Timbangan, digunakan untuk melakukan penimbangan hasil panen siap jemur maupun jumlah bibit yang akan ditanam
- Karung, tempat rumput laut hasil panen
- Terpal plastik, digunakan untuk alas pada saat proses seleksi panen serta digunakan untuk melindungi rumput laut dari pengaruh hujan.
- Waring/jarring, digunakan untuk menampung bibit dilaut
- Lahan penjemuran, digunakan sebagai sarana pengeringan
Selain penyiapan peralatan dan sarana seperti di atas, penentuan jumlah tenaga kerja panen juga perlu mendapat perhatian. Pengalaman pada beberapa lokasi, bahwa untuk melakukan panen E. cottoni pada lahan budidaya seluas 1 (satu) hektar dibutuhkan tenaga panen sebanyak ± 10 orang untuk . Sedangkan untuk panen Gracilaria spp di tambak pemanenan dengan jumlah luasan 1 hektar membutuhkan tenaga panen ± 5 orang
D. Pengetahuan Dalam Melakukan Pemanenan
Kegiatan pemanenan merupakan rangkaian terakhir pada kegiatan proses produksi sebelum melakukan proses pasca panen. Pemanenan rumput laut sangat tergantung dari tujuan dilakukan proses pemanenan tersebut. Tujuan pemanenan dapat dikategorikan menjadi dua, yaitu pemanenan untuk mendapatkan bibit dan panen untuk mendapatkan rumput laut basah siap jemur.
Secara umum pihak industri menghendaki rumput laut mempunyai kandungan karaginan yang optimal. Untuk mendapatkan rumput laut yang memiliki kandungan karaginan optimal sesuai dengan kebutuhan industri, maka beberapa hal yang perlu mendapatkan perhatian dan menjadi pertimbangan dalam menjamin kualitas hasil produksi rumput laut pada saat pemanenan, sebagai berikut :
Umur tanam
Umur panen akan sangat menentukan mutu rumput laut yang dihasilkan. Untuk pembuatan bibit, panen dapat dilakukan pada umur 25 – 35 hari Jika karena rumput laut masih belum terlalu tua sehingga akan didapatkan laju pertumbuhan yang optimal.. Namun untuk produksi, agar diperoleh kandungan dan kekuatan gel karaginan yang tinggi, panen dilakukan pada umur 45 hari. Rumput laut yang dipanen pada umur 45 hari selain rendemen rumput laut kering yang diperoleh tinggi, kandungan karaginannya pun tinggi, selain itu kekuatan gel karaginan yang dihasilkan juga tinggi. Namun, jika panen dilakukan pada umur muda, kurang dari 45 hari, kandungan karaginan dan kekuatan gelnya rendah, dan rendemen yang diperoleh juga rendah. Oleh karena itu, panen sebaiknya dilakukan pada umur 45 hari.
Untuk itu rumput laut sebagai bahan mentah dalam bentuk rumput laut kering dipanen setelah berumur tidak kurang dari 45 hari agar diperoleh rumput laut yang mengandung karaginan dengan kualitas yang baik dengan rendemen yang baik pula yaitu mencapai 1:8. Artinya, dari 8 kg rumput laut basah diperoleh 1 kg rumput laut kering. Apabila rumput laut dipanen kurang dari umur tersebut, maka akan diperoleh rumput laut dengan mutu yang rendah yaitu kandungan karaginannya sedikit dan kekuatan gelnya rendah. Rumput laut yang dipanen masih terlalu muda meskipun dengan ukuran thallus yang sudah besar tidak baik untuk diekstrak karaginannya sebagai bahan pangan maupun non pangan dalam industri. Apabila umur panen tidak cukup maka akan ditandai pula dengan kadar Clean Anhydrous Weed (CAW) yang rendah padahal CAW ini dipakai sebagai standar untuk rumput laut kering.
Keadaan Cuaca
Kondisi cuaca pada saat melakukan pemanenan harus menjadi pertimbangan penting. Jika pemanenan dan penjemuran dikaukan pada kondisi cuaca cerah, maka mutu rumput laut tersebut dapat terjamin. Sebaiknya jika pemanenan dan penjemuran dilakukan pada cuaca mendung atau bahkan hujan, maka akan terjadi proses fermentasi pada rumput laut yang akan menyebabkan kualitas/mutu rumput laut menurun. Apalagi jika pada kegiatan panen juga dilakukan seleksi untuk pembibitan, maka pengaruh air hujan harus dihindari untuk menghindari kematian pada rumput laut yang akan dijadikan bibit.
Panen sebaiknya dilakukan pagi hari hal ini agar rumput laut yang dipanen bisa langsung dijemur sebelum disimpan, dengan tujuan untuk mengurangi penurunan kualitas sebelum dijemur keesokan harinya.
Cara Panen
Cara panen sangat menentukan terhadap jaminan kualitas hasil produksi, sehingga pelaku perlu memperhatikan secara benar bagaimana melakukan proses pemanenan. Panen dilakukan secara hati-hati agar tidak menyebabkan kerusakan fisik pada thallus/cabang rumput laut, kondisi ini akan memberikan dampak kurang baik dimana pada luka tersebut akan mengakibatkan keluarnya gel yang terkandung dalam rumput laut sehingga kualitas rumput laut menurun.
Seleksi hasil panen dilakukan dalam rangka memisahkan panen basah siap jemur dengan rumput laut untuk bibit yang selanjutnya akan dilakukan penanaman lagi, khususnya dilakukan pada saat melakukan panen dengan menggunakan metode panen keseluruhan (full harvest). Rumput laut untuk bibit mempunyai thallus/cabang yang masih muda ditandai dengan warna muda alami trnasparan, ujung thallus lancip, jika thallus dipatahkan akan dengan mudah patah, sebaliknya rumput laut siap jemur mempunyai tampilan thallus lebih gelap, berisi dan cukup tua, jika dipatahkan biasanya tidak langsung patah dengan mudah (sedikit elastis).
Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam melakukan pemanenan rumput laut E. cottoni, antara lain :
1. Rumput laut yang dipanen harus sudah memasuki umur panen sebagaimana yang dipersyaratkan industri, yaitu 45 hari dengan pencapaian berat rumput laut minimal 4 kali lipat dari bibit awal. Pada umur tersebut rumput laut mempunyai kualitas gel stength dan mengandung karaginan yang optimal.
2. Bersihkan rumput laut dari kotoran atau tanaman lain yang melekat sebelum dilakukan pemanenan
3. Lepaskan tali ris yang penuh ikatan rumput laut dari tali utama
4. Angkat gulungan tali ris yang berisi rumpun rumput laut dan taruh ke dalam sampan atau perahu, untuk kemudian di bawa ke daratan.
5. Lepaskan rumput laut dari tali ris (panen keseluruhan) dan petik thallus muda untuk dijadikan bibit pada proses tanam selanjutnya.
6. Pemanenan dilakukan dengan jalan melepaskan rumpun rumput laut dari ikatan tali ris, atau dengan memotong bagian pangkal batang dengan menggunkanan pisau tajam agar mempertahankan rumput laut tetap utuh. Hal ini untuk menghindari penurunkan mutu rumput laut. Perlakuan panen dengan jalah diserut/dipatahkan pada bagian batang atau thallus akan menyebabkan keluarnya gel pada permukaan patahan, sehingga secara langsung akan menurunkan mutu rumput laut.
Artikel ini pertama kali dipublikasikan oleh Jasuda. Ketepatan informasi di dalamnya di luar tanggung jawab Seaweednetwork.