Rumput laut telah lama dikenal sebagai komoditas budidaya yang bernilai ekonomi tinggi dan telah dimanfaatkan dalam berbagai industri seperti makanan, kosmetik, hingga obat-obatan. Pangsa pasarnya yang stabil membuat banyak negara, termasuk Indonesia, telah menjadikan budidaya rumput laut sebagai salah satu sektor penting dalam perekonomian kelautan.
Namun selain dari sisi ekonomi, rumput laut juga memiliki peran penting dalam mengatasi krisis iklim. Rumput laut mampu menyerap karbon dioksida dalam jumlah besar, sehingga berkontribusi dalam menurunkan emisi global. Dengan begitu, budidaya rumput laut dapat menjadi solusi mitigasi dampak perubahan iklim yang kian mengkhawatirkan.
Berikut merupakan kontribusi rumput laut dalam mengatasi krisis iklim
Menyimpan Karbon
Emisi karbon yang terus-menerus diproduksi oleh bahan bakar fosil atau aktivitas industri semakin mempercepat terjadinya krisis iklim. Keadaan ini perlu diseimbangkan dengan menambah organisme penyimpan karbon.
Sama seperti tumbuhan lainnya, rumput laut dapat menyimpan polusi karbon, khususnya dalam ekosistem laut.
Dengan pengelolaan yang berkelanjutan, budidaya rumput laut bisa menjadi solusi jangka panjang yang efektif untuk mengurangi emisi karbon sekaligus menguntungkan secara ekonomi.
Sumber Pangan Rendah Karbon
Tak dapat dipungkiri, sektor pertanian dan peternakan termasuk dalam penyumbang utama gas rumah kaca. Proses produksi komoditas tanaman dan hewan pangan meninggalkan jejak karbon serta meningkatkan deforestasi.
Sebaliknya, budidaya rumput laut tidak memerlukan banyak input seperti pupuk atau pestisida, sehingga tidak menimbulkan jejak karbon yang banyak. Rumput laut dapat menjadi pilihan makanan yang ramah polusi karbon.
Alternatif Penghasilan Masyarakat Pesisir
Dengan adanya pemanasan global, nelayan dilaporkan semakin susah untuk menangkap ikan akibat musim datang ikan yang berubah dan cuaca yang tidak menentu. Hal ini tentu menyebabkan penghasilan pada kalangan nelayan menjadi berkurang.
Untuk beradaptasi dengan keadaan tersebut, telah banyak komunitas nelayan dari berbagai daerah yang mulai membudidayakan rumput laut untuk meningkatkan penghasilan.
Contohnya, yaitu masyarakat pesisir dari Desa Seriwe, Kab. Lombok Timur, Nusa Tenggara Barat yang mulai beralih ke budidaya rumput laut dari tahun 1990-an. Hal ini disebabkan oleh peluang mencari ikan yang semakin susah, sedangkan permintaan rumput laut semakin meningkat.
Budidaya rumput laut juga sering dipraktikkan oleh kalangan nelayan sebagai sampingan untuk menambah penghasilan ketika sedang musim susah menangkap ikan (paceklik).
Menangkal Pengasaman Laut
Krisis iklim berkaitan dengan meningkatkan kadar karbon dioksida di atmosfer, yang kemudian berpengaruh ke lautan. Ketika karbon dioksida terlarut dalam air laut, asam karbonat akan terbentuk dan membuat air laut menjadi lebih asam.
Kondisi lautan yang semakin asam akan menyebabkan cangkang organisme laut perlahan menipis dan membuatnya lebih susah terbentuk.
Budidaya rumput laut dapat berkontribusi dengan menyerap karbon dioksida selama fotosintesis dan menetralkan kondisi asam kembali.
Sumber Bioplastik
Budidaya rumput laut memiliki potensi besar sebagai sumber bahan baku bioplastik yang ramah lingkungan, yang dapat membantu mengurangi dampak krisis iklim. Rumput laut kaya akan polisakarida, seperti agar dan karagenan, yang dapat diolah menjadi bioplastik yang mudah didegradasi.
Berbeda dengan plastik konvensional yang berbahan dasar minyak bumi, bioplastik dari rumput laut dapat terurai secara alami dan tidak menghasilkan limbah berbahaya. Dengan mengalihkan penggunaan plastik berbasis fossil ke bioplastik berbasis rumput laut, kita dapat mengurangi emisi karbon dan limbah plastik yang mencemari alam.
Sumber:
https://www.worldwildlife.org/stories/why-seaweed-is-a-jack-of-all-trades-in-the-fight-against-the-climate-crisis
https://www.mongabay.co.id/2022/12/15/air-semakin-dekat-ikan-semakin-jauh-dampak-perubahan-iklim-di-pesisir-lombok-2/